Surabaya, Lingkaran.net—Dugaan kecurangan dalam proses penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2024 tidak jauh berbeda dari tahun-tahun sebelumnya.
Permasalahan yang berulang ini seakan dimaklumi dan belum membuat jera berbagai pihak yang terlibat, termasuk orang tua.
Tak sedikit pula para orang tua mengadukan ke Dinas Pendidikan Provinsi Jawa Timur melalui call center PPDB Jatim 2024.
Ada dua layanan bagi para orang tua yang masih bingung. Baik melalui telepon langsung maupun chat Whatsapp.
Namun, layanan itu agaknya kurang mendapat respons dari admin. Alhasil, laman media sosial Dinas Pendidikan Provinsi Jatim @dindik_jatim diserbu netizen yang mayoritas para orang tua Calon Peserta Didik Baru (CPDB).
Pemilik akun Instagram @alankomar misalnya. Ia mengatakan bahwa PPDB zonasi banyak yang curang. “Naruh titik koordinat dekat sekolahan tidak sesuai tempat tinggal,” tulisnya di kolom komentar IG @dindik_Jatim pada Kamis, (27/6/2024).
Komentar itu pun ditimpali pemilik akun @Raditya_prima17. Ia mencurigai bahwa di kawasan SMAN 2 Surabaya tidak ada pemukiman warga sesuai jarak zonasi yang ditentukan.
“Iya benar di SMAN 2 Sby setau saya tidak ada perkampungan. Tapi jaraknya hanya 183 meter. Kok bisa, berarti ada kecurangan saat verifikasi PIN,” katanya. “Tolong ditindaklanjuti,” pintanya.
Tahun 2024 ini, proses PPDB di beberapa daerah, termasuk di Surabaya memang menjadi sorotan banyak pihak.
Banyak para orang tua mengekspos praktik kecurangan yang meresahkan setiap PPDB berlangsung.
Manipulasi data, pengarahan informasi palsu, dan nepotisme telah menjadi kisah tahunan dalam PPDB. Memastikan bahwa keadilan hanyalah slogan kosong.
Orang tua dan calon siswa yang seharusnya percaya bahwa mereka akan dinilai berdasarkan prestasi dan kualifikasi, kini harus meratapi realitas pahit bahwa jalan ke sekolah impian mereka ternyata lebih ditentukan oleh siapa yang mereka kenal.
Perasaan pasrah pun sebagian besar dialami para orang tua yang anaknya tidak bisa masuk sekolah negeri. Seperti warga Lebak Rejo, Surabaya yang mewanti-wanti namanya jangan disebut ini. Ia mengaku pasrah atas PPDB kali ini.
“Anak saya alumnus SMPN 18 Surabaya yang jaraknya berdampingan dengan SMAN 3 Surabaya tidak lolos zonasi. Padahal, dulu masuk SMP-nya zonasi,” ungkapnya.