Jember, Lingkaran.net Di sebuah pagi yang cerah di Desa Karangkedawung, Kecamatan Mumbulsari, Jember, suasana tenang di Monumen Pahlawan Muhammad Sroedji berubah menjadi penuh semangat.
Ratusan warga berkumpul di tempat bersejarah ini, bukan untuk sekadar memperingati Hari Kemerdekaan, tetapi untuk merasakan kembali denyut semangat perjuangan yang diwariskan oleh para pahlawan mereka.
Di tengah barisan yang rapi, tampak Gus Fawait, bakal calon bupati Jember, berdiri dengan penuh khidmat di hadapan monumen yang gagah.
Di sampingnya, Djoko Susanto, tokoh senior yang kini menjadi calon wakil bupati mendampinginya, turut hadir.
Keduanya tidak sekadar hadir sebagai politisi, tetapi sebagai putra daerah yang ingin mengembalikan arti kemerdekaan yang sesungguhnya bagi masyarakat Jember.
“Kemerdekaan bukan hanya tentang lepas dari penjajahan fisik, tetapi juga tentang membebaskan diri dari belenggu kemiskinan dan ketertinggalan,” kata Gus Fawait dengan suara yang penuh keyakinan pada upacara peringatan HUT Kemerdekaan RI ke-79, Sabtu (17/8/2024).
“Hari ini, kami berdiri di sini bukan hanya untuk mengenang para pahlawan seperti Muhammad Sroedji dan Subandi, tetapi untuk melanjutkan perjuangan mereka—perjuangan untuk membebaskan Jember dari kemiskinan, stunting, dan masalah sosial lainnya yang masih menghantui,” jelasnya Gus Fawait.
Kabupaten Jember, yang terkenal dengan kekayaan alamnya, ternyata menyimpan kenyataan pahit.
Tingkat kemiskinan di Jember adalah yang tertinggi kedua di Jawa Timur. Stunting menjadi masalah besar, dan angka kematian ibu serta bayi masih tinggi.
Namun, di balik statistik yang suram ini, ada harapan yang kini digelorakan oleh Gus Fawait dan Djoko Susanto.
Di bawah bayang-bayang Monumen Sroedji, Gus Fawait mengungkapkan visi besarnya untuk Jember.
“Kami ingin memastikan bahwa orang Jember merasakan kemerdekaan sejati—merdeka dari kemiskinan, merdeka dari stunting, merdeka dari angka kematian yang tinggi. Inilah perjuangan kami, inilah pesan yang ingin kami sampaikan pada hari ini,” ujarnya dengan semangat yang tak surut.
Upacara ini berlangsung sederhana, namun penuh makna. Tidak ada sorak-sorai yang berlebihan, hanya suara Gus Fawait dan Djoko Susanto yang menggaungkan tekad mereka untuk membangun Jember yang lebih baik.
Para peserta upacara, termasuk perwakilan partai-partai pengusung seperti PKS, PPP, NasDem, Golkar, PKB, Gerindra, dan PAN, serta partai-partai non-parlemen, tampak larut dalam suasana penuh khidmat dan harapan.
Djoko Susanto, yang seharusnya sudah menikmati masa pensiunnya, memilih untuk ikut serta dalam perjuangan ini.
“Gus Fawait punya cita-cita yang luhur. Saya merasa terpanggil untuk mendampinginya, meski seharusnya saya sudah bisa bersantai di masa pensiun. Masalah kemiskinan di Jember terlalu penting untuk diabaikan,” ujar Djoko dengan tegas.
Di akhir upacara, Gus Fawait mengajak seluruh hadirin untuk bersama-sama mengisi kemerdekaan ini dengan karya nyata.
“Semangat Sroedji dan Subandi harus terus hidup di hati kita. Mereka telah memberikan segalanya untuk kemerdekaan ini, sekarang giliran kita untuk melanjutkan perjuangan mereka, demi masa depan Jember yang lebih baik,” tutupnya.
Upacara sederhana di Monumen Pahlawan Muhammad Sroedji ini tidak hanya menjadi momen untuk mengenang masa lalu, tetapi juga untuk menatap masa depan dengan penuh harapan.
Bagi warga Jember, kemerdekaan yang sesungguhnya kini terasa semakin dekat, di tangan Gus Fawait dan Djoko Susanto yang bertekad membawa perubahan nyata bagi tanah kelahiran mereka. Alkalifi Abiyu