Surabaya, Lingkaran.net Di balik hiruk-pikuk kampus Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS), ada kisah seorang mahasiswa yang memadukan rasa pedas ayam geprek dengan perjuangan hidup yang manis.
Namanya Bima Saputra, atau lebih akrab dipanggil Bimbim, mahasiswa Prodi S1 Inovasi Digital Departemen Sistem Informasi ITS. Setiap hari, ia berjuang menyeimbangkan hidup sebagai mahasiswa sekaligus pengusaha muda yang membantu ekonomi keluarganya.
Dari Mojosari ke Surabaya: Perjalanan 80 Kilometer Penuh Makna
Bimbim bukan sekadar mahasiswa biasa. Setiap pagi, ia menempuh jarak 80 kilometer dari rumahnya di Mojosari, Mojokerto, menuju kampus di Surabaya dengan membawa 25-35 kotak nasi ayam geprek.
Harga yang ia tawarkan hanya Rp 10 ribu per kotak—murah, praktis, dan tentunya mengenyangkan.
“Awalnya berat, tapi saya selalu ingat, semua ini untuk keluarga dan masa depan saya,” kata pemuda kelahiran 24 Desember 2004 ini.
Dengan ayah yang bekerja di pabrik dan ibu sebagai ibu rumah tangga, ekonomi keluarga Bimbim sering kali pas-pasan. Namun, ia memilih tidak menyerah.
Alih-alih mengeluh, ia bangkit dengan menjual ayam geprek yang ia masak bersama ibunya setiap pagi.
Ayam Geprek ala Bimbim: Lebih dari Sekadar Makanan
Apa yang membuat ayam geprek Bimbim begitu spesial? Jawabannya sederhana: perjuangan dan cinta. Setiap kotak nasi ayam geprek yang dijualnya mengandung semangat untuk membantu keluarganya dan memenuhi kebutuhan teman-teman mahasiswa dengan harga terjangkau.