Surabaya, Lingkaran.net Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) masih terus menghantui dunia ketenagakerjaan di Jawa Timur.
Di tengah upaya pemerintah membangun program pemberdayaan pemuda seperti Milenial Job Center (MJC), angka PHK justru terus merangkak naik, memunculkan pertanyaan besar: apakah program ini benar-benar mampu menjawab tantangan nyata di lapangan?
Ketua BPJS Watch Jawa Timur, Arief Supriyono, secara terbuka menyatakan keprihatinannya atas maraknya PHK di berbagai sektor industri.
“PHK ini bukan sekadar soal angka, tapi soal perut. Ada keluarga di belakang setiap pekerja yang kehilangan mata pencaharian. Ini persoalan serius,” ujar Arief, Sabtu (17/5/2025).
Data terbaru BPJS Ketenagakerjaan mencatat, sepanjang 1 Januari hingga 10 Maret 2025, terdapat 73.992 pekerja yang tidak lagi menjadi peserta aktif akibat PHK. Klaim Jaminan Hari Tua (JHT) dan Jaminan Kehilangan Pekerjaan (JKP) pun melonjak tajam.
Per 12 Mei, tercatat 134.778 klaim JHT dengan total nilai lebih dari Rp1,9 triliun, sementara klaim JKP mencapai 14.189 orang.
Ironisnya, meski Pemerintah Provinsi Jawa Timur menggagas MJC sebagai solusi menghadapi disrupsi dunia kerja, Arief menyebut program ini belum sepenuhnya efektif.