Demitologisasi Syaikhona Kholil Bangkalan

Reporter : Alkalifi Abiyu
Syaikhona Muhammad Kholil. (Instagram/@pwnujawatengah)

Lingkaran.net - Penganugerahan gelar Pahlawan Nasional kepada Syaikhona Muhammad Kholil Bangkalan menjadi momentum bersejarah bagi dunia pesantren dan bangsa Indonesia.  

Lebih dari sekadar penghormatan, pengakuan negara ini menjadi pintu masuk untuk memahami kembali kiprah Syaikhona Kholil secara utuh — bukan hanya dari sisi spiritual, tetapi juga perjuangannya dalam membangun pendidikan, pemikiran, dan semangat kebangsaan. 

Baca juga: Diberi Gelar Pahlawan Nasional, Keluarga: Gus Dur Tetap Berpegang Pada Prinsip

Ketua Lembaga Seni Budaya Muslimin Indonesia (Lesbumi) PWNU Jawa Timur, Riadi Ngasiran, menyebut momen ini sebagai langkah penting menuju demitologisasi Syaikhona Kholil. 

“Selama ini Syaikhona Kholil dikenal karena kelebihan spiritualitasnya. Dengan anugerah Pahlawan Nasional, kini kita melihat beliau sebagai sosok pejuang pendidikan pesantren abad ke-19 dan 20,” ungkap Riadi, Selasa (11/11/2025). 

Warisan Keilmuan dan Jaringan Santri Nusantara 

Riadi menjelaskan, para santri Syaikhona Muhammad Kholil tersebar luas di berbagai wilayah Nusantara, tidak hanya di Jawa Timur dan Jawa Tengah, tetapi juga hingga Jawa Barat. Salah satunya adalah KH Muhammad Tajul Arifin dari Pesantren Suryalaya, Tasikmalaya — tokoh pendiri pesantren besar di daerahnya. 

“Di Surabaya, para murid Syaikhona Kholil justru merespons kebutuhan kota besar dengan pendekatan yang lebih kosmopolitan,” tambah Riadi. 

Tokoh-tokoh seperti KH Ahmad Dahlan Kebondalem, KH Ridlwan Abdullah, KH Mas Alwi bin Abdul Aziz, serta motor utamanya KH Abdul Wahab Hasbullah, mendirikan Madrasah Nahdlatul Wathan dan Tashwirul Afkar.

Dua lembaga ini menjadi wadah intelektual kaum santri untuk menanamkan nilai kebangsaan dan cinta tanah air. 

Baca juga: Syaikhona Kholil Bangkalan Resmi Jadi Pahlawan Nasional, Ra Nasih: Perjuangan Panjang yang Berbuah Manis

Kiai Wahab Hasbullah bahkan aktif dalam diskusi Islamic Studieclub, yang kala itu menjadi mitra sekaligus penyeimbang bagi Indische Studieclub bentukan dr. Soetomo, pendiri Budi Utomo. 

Menggali Sumber Sejarah Asli 

Dalam kesempatan yang sama, Dr. Muhaimin, penulis Sejarah Perjuangan Syaikhona Muhammad Kholil dan dosen Institut Agama Islam Syaikhona Kholil Bangkalan, menjelaskan bahwa pengkajian terhadap tokoh ini dilakukan berdasarkan sumber-sumber primer. 

“Kami menelusuri sembilan kitab terkait Syaikhona Kholil. Sebagian besar membahas karomah dan kelebihan spiritual, tetapi kami menggali lebih dalam hingga menemukan dokumen primer — surat, risalah keagamaan, dan catatan sezaman,” jelas Muhaimin. 

Baca juga: Gubernur Khofifah Perjuangkan Gelar Pahlawan KH Yusuf Hasyim, Simak Jasa Besar Pak Ud Bagi Agama dan Bangsa Indonesia

Nilai Perjuangan untuk Generasi Z 

Anugerah Pahlawan Nasional kepada Syaikhona Kholil menjadi momen penting bagi generasi muda, terutama Generasi Z, untuk mengenal nilai perjuangan ulama terdahulu dalam konteks kekinian. 

“Pemikiran dan perjuangan Syaikhona Kholil sangat relevan bagi generasi kini. Nilai keikhlasan, kebangsaan, dan semangat keilmuan harus terus dihidupkan di tengah arus globalisasi,” tutur Riadi. 

Dengan pengakuan ini, Syaikhona Muhammad Kholil bukan sekadar sosok karismatik dari Bangkalan, melainkan simbol kebangkitan intelektual dan spiritual pesantren Nusantara yang menginspirasi lintas generasi. 

Editor : Setiadi

Politik & Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru