Lingkaran.net - Wakil Ketua DPRD Jawa Timur, Sri Wahyuni menyampaikan pesan reflektif yang menyentuh hati di Hari Anak Nasional (HAN) 2025.
Ia menyebut anak-anak sebagai hadiah terindah yang dikirim Tuhan, yang tawa dan tangisnya menjadi resonansi perasaan kolektif sebagai bangsa.
Baca juga: Fraksi PDIP DPRD Jatim Dukung Program Revitalisasi Tambak
Menurut Sri Wahyuni, HAN 2025 bukan sekadar simbolik. Melainkan mengandung pesan moral yang kuat bahwa anak adalah pusat dari harapan, tanggung jawab, dan masa depan Indonesia.
“Tawanya bisa menjadi kebahagiaan kita. Tangisnya pun mengundang kesedihan bagi kita semua. Maka, mencintai anak bukan hanya tanggung jawab orang tua, tapi seluruh elemen bangsa,” ujar Sri Wahyuni yang juga mantan tenaga Kesehatan di Bojonegoro ini.
Saatnya Perlindungan Anak Diperkuat
Di tengah perkembangan era digital dan teknologi informasi, Sri Wahyuni menyoroti tantangan nyata yang dihadapi anak-anak masa kini, termasuk maraknya kasus perundungan (bullying) di sekolah, paparan konten negatif di internet, serta minimnya kontrol orang tua dalam penggunaan gawai.
“Anak-anak kita hidup di zaman yang berbeda. Di mana gadget bisa menjadi guru, tetapi juga bisa jadi musuh. Kita perlu hadir, tidak hanya secara fisik, tapi juga secara emosional dan spiritual dalam kehidupan mereka,” jelasnya.
Politisi Partai Demokrat ini pun mengajak para orang tua, pendidik, dan pemangku kebijakan untuk tidak hanya fokus pada pertumbuhan fisik dan prestasi akademik, tetapi juga kesehatan mental dan karakter anak-anak.
Menurutnya, generasi kuat bukan hanya mereka yang cerdas, tetapi juga yang memiliki empati dan mampu menghargai sesama.
Mengasah Karakter, Bukan Sekadar Prestasi
Dalam pandangan Sri Wahyuni, pendidikan karakter dan nilai-nilai moral harus menjadi pilar utama dalam mendidik anak. Ia menekankan pentingnya membangun budaya kasih sayang, saling menghargai, dan gotong royong sejak usia dini.
“Kita harus menciptakan ruang-ruang yang aman dan ramah anak. Di rumah, sekolah, dan bahkan di ruang digital. Jangan sampai anak-anak merasa sendiri di tengah masyarakat yang seharusnya jadi pelindung mereka," jelasnya.
Ia juga menyampaikan bahwa pemimpin masa depan Indonesia harus dibentuk dari proses yang penuh cinta dan keteladanan, bukan dari tekanan dan kekerasan.
Baca juga: 30 Siswa SMK di Malang Drop Out, Ini Reaksi DPRD Jatim
Komitmen Menuju Generasi Emas
Pemerintah Indonesia menetapkan tema “Anak Hebat, Indonesia Kuat Menuju Indonesia Emas 2045” sebagai wujud tekad mempersiapkan generasi unggul menyongsong 100 tahun kemerdekaan Republik Indonesia.
Sri Wahyuni menilai tema tersebut sangat relevan, apalagi dalam konteks Jawa Timur yang memiliki populasi anak dan remaja cukup besar.
“Kita sedang menyiapkan anak-anak hari ini untuk menjadi pemimpin pada 2045. Ini investasi jangka panjang. Maka kualitas perlindungan, pendidikan, dan partisipasi anak harus jadi perhatian utama,” tegas Sri Wahyuni.
Dorong Kebijakan Ramah Anak
Sebagai Wakil Ketua DPRD Jatim, Sri Wahyuni menegaskan komitmennya dalam mendukung kebijakan yang berpihak pada anak.
Baca juga: DPRD Jatim Anggap Wajar Penutupan Koperasi Merah Putih di Tuban Usai Diresmikan Prabowo
Ia menyebutkan beberapa langkah strategis yang terus didorong, seperti penguatan Perda Perlindungan Anak dan Pendidikan Karakter, mendorong pemerintah daerah membentuk Forum Anak di tingkat desa/kelurahan.
Disamping itu, lanjut dia, mengawasi anggaran pendidikan dan kesehatan agar tepat sasaran serta mengembangkan program literasi digital dan parenting di era internet.
“Setiap anak harus diberi ruang untuk tumbuh dengan aman, nyaman, dan penuh kasih. Karena masa depan Indonesia tidak bisa kita bangun tanpa memastikan anak-anak hari ini mendapatkan haknya secara utuh," ujarnya.
Anak Bukan Sekadar Harapan, Tapi Juga Cermin Kita
Dalam pesannya menutup Hari Anak Nasional 2025, Sri Wahyuni menyampaikan harapan besar agar seluruh pihak menjadikan momen ini sebagai titik balik dalam memperkuat komitmen terhadap perlindungan anak.
“Anak bukan hanya harapan, tapi juga cermin kita. Mereka akan tumbuh seperti apa yang kita contohkan. Mari kita bimbing mereka dengan cinta, bukan tekanan. Dengan pengertian, bukan ancaman," pungkasnya.
Editor : Setiadi