Lingkaran.net - Jawa Timur menghadapi tantangan signifikan dalam hal pengelolaan sampah. Berdasarkan Pengelolaan Sampah di Tahun 2024, menunjukkan bahwa timbulan sampah di Jawa Timur (Jatim) mencapai 6,5 juta ton per tahun.
Dari jumlah tersebut, pengurangan sampah di Jatim baru mencapai 899 ribu ton per tahun, sedangkan penanganan sampah mencapai 2,7 juta ton per tahun.
Baca juga: Wagub Jatim Emil Dardak Tinjau Pembangunan Konstruksi Tol Gending-Kraksaan-Paiton, Begini Updatenya
“Artinya, hanya sekitar 3,6 juta ton per tahun sampah yang terkelola, dan sisanya 2,9 juta ton per tahun belum tertangani secara optimal,” jelas Wakil Gubernur Jawa Timur (Wagub Jatim) Emil Elestianto Dardak saat menjadi narasumber pada Pendampingan Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) Wilayah Provinsi Jawa Timur yang digelar di Hotel Vasa, Surabaya, Kamis (7/8).
Dalam acara tersebut, Wagub Emil Dardak memaparkan sejumlah strategi serta tantangan dalam pengelolaan sampah dan limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) di Jawa Timur.
Perihal sampah yang belum tertangani secara optimal, Emil menyadari masih terdapat minimnya kesadaran masyarakat, terbatasnya infrastruktur dan teknologi, pendanaan serta investasi yang belum optimal, hingga koordinasi antar lembaga yang belum efektif.
“Persoalan sampah ini bukan hanya masalah teknis, tetapi juga menyangkut perilaku, kebijakan, dan kemitraan lintas sektor. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang terintegrasi dan berkelanjutan,” ujarnya.
Emil menjelaskan, Pemprov Jatim telah melaksanakan Kesepakatan Bersama tentang kerjasama pengelolaan sampah regional di kawasan Gerbangkertosusilo antara Pemprov Jatim, Kab. Gresik, Mojokerto, Lamongan, Sidoarjo dan Kota Mojokerto.
Dia meminta kepada bupati/walikota untuk berkomitmen dalam menangani permasalahan sampah. Apalagi, Kementrian Lingkungan Hidup telah banyak memberikan evaluasi dan konsekuensi kepada pemerintah kabupaten/kota yang tidak patuh dalam pengelolaan sampah. Bahkan ada ancaman yang bisa diterima jika tidak mengelola sampah secara integrasi.
"Jangan sampai terjadi di Jatim dan kita harus dicegah," harapnya.
Baca juga: Prakiraan Cuaca 12 Destinasi Wisata Jawa Timur, Sabtu 19 Juli 2025
Gresik jadi pilot project
Dalam pertemuan tersebut, Emil juga menyebut Pemkab Gresik akan menjadi pilot project penanganan dan pengolahan sampah B3 Limbah Rumah tangga. Menurutnya, masyarakat harus diedukasi tentang pengolahan sampah rumah tangga yang bercampur dengan limbah B3.
Emil mencontohkan, raket nyamuk elektrik yang ketika tidak terpakai dan akan dibuang, terdapat potensi limbah B3 domestik yang berasal dari baterai.
"Kita berharap masyarakat bisa aware terhadap penanganan sampah rumah tangga sehingga dapat memilah antara sampah atau limbah B3," harapnya.
Deputi Bidang Pengelolaan Sampah, Limbah dan B3, Ade Palguna mengatakan, pemerintah berkomitmen menyelesaikan persoalan sampah dengan target 51,21 % terkelola pada tahun 2025 dan terkelola hingga 100 % pada tahun 2029 mendatang.
Baca juga: Meninggalkan Menara, Merawat Suara
Pihaknya minta kepada pemerintah daerah, agar pengolahan sampah harus dikelola secara terintegrasi dari hulu ke hilir, sampah harus dikelola dimulai dari sumber, diangkur dan diolah di fasilitas pengolahan sampah melalui pendekatan teknologi ramah lingkungan.
Bupati Gresik Fandi Akhmad Yani mengatakan, persoalan sampah masih menjadi Pekerjaan Rumah (PR) bagi Kota Gresik, terutama bagi masyarakat khususnya yang berada di wilayah kepulauan yang harus terus diedukasi penanganan sampah agar tidak di buang ke laut.
Dia juga menginginkan agar Pemkab Gresik mendapatkan pendampingan terhadap pengelolaan limbah B3 karena Gresik banyak berdiri pabrik dan termasuk kawasan industri.
"Kami contohkan Pulau Bawean dibuatkan incinerator pembakaran agar sampah tidak dibuang ke laut dan tidak mengandung Co2. Kami ingin didampingi penanganan B3 baik rumah tangga maupun industri karena tempat kami banyak berdiri kawasan pabrik industri," jelasnya.
Editor : Hadi Santoso