Masjid Rahmat Surabaya, Jejak Sunan Ampel Menyebarkan Islam di Surabaya

Reporter : Redaksi

Surabaya, Lingkaran.net— Tokoh yang menyebarkan ajaran Islam di Surabaya, Sunan Ampel, pernah berdakwah dan mendirikan sebuah surau di Jalan Kembang Kuning, Kelurahan Darmo, Kecamatan Wonokromo.

Baca juga: Masjid Rahmat Surabaya Buka Pusat Ikrar Masuk Islam untuk Mualaf

Bangunan surau yang dikenal dengan Langgar Tiban itu kini sudah dipugar. Tempat ibadah itu dibangun ulang lebih luas dan sekarang menjadi Masjid Rahmat Surabaya.

Staf Yayasan Masjid Rahmat Surabaya Mustar Bakri menyatakan bahwa nama masjid diambil dari nama Sunan Ampel. Yaitu Raden Ali Rahmatullah.

“Dalam perjalanan dari Kerajaan Majapahit ke Ampel Denta, Sunan Ampel singgah di sini dan melakukan riyadhah untuk mendekatkan diri kepada Allah,” tutur Mustar saat ditemui Lingkaran, Senin (17/3/2025).

Saat menyebarkan Islam di Kembang Kuning, Sunan Ampel memiliki sejumlah murid.

Salah satunya Mbah Wirasoeroyo, alias Mbah Karimah yang kemudian menjadi mertua wali yang juga dinekal dengan nama Raden Rahmat itu.

Mustar menyebut, Sunan Ampel kemudian mempersunting Dewi Karimah, anak Mbah Karimah, setelah mereka mantap belajar Islam. Setiap tahun, masyarakat memperingati haul keluarga Sunan Ampel tersebut.

Baca juga: Dibangun Sunan Ampel, Begini Cerita Sejarah Masjid Tertua di Surabaya

“Peringatannya antara akhir Rabiul Awal dan awal Rabiul Akhir. Tahun lalu, diperingati di bulan Desember,” bebernya.

Sejumlah bagian bangunan masjid peninggalan Sunan Ampel dipertahankan hingga sekarang. Di antaranya sumur, tempat riyadhah, dan relief bangunan Langgar Tiban.

Setelah mengalam beberapa kali tahap pemugaran, Masjid Rahmat diresmikan oleh Menteri Agama Syarifuddin Zuhri pada 1967 silam. Masjid Rahmat juga menjadi bangunan cagar budaya di Kota Pahlawan.

Selain itu, menurut pria yang terlibat dalam kepengurusan Yayasan Masjid Rahmat sejak 2006 tersebut membeberkan lini dakwah masjid semakin diperluas.

Radio Yayasan Masjid Rahmat Surabaya (Yasmara) menjadi salah satu contohnya. Siaran radio yang bernafas Islam itu menjadi acuan waktu salat lima waktu di Surabaya.

“Agar dakwahnya lebih dikenal dan sebagai acuan waktu salat lima waktu. Bukan hanya di Surabaya, tetapi juga di kota yang lain,” sebutnya. (Rifqi Mubarok)

Editor : Redaksi

Politik & Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru