Lingkaran.net - Polemik internal Dewan Kesenian Surabaya (DKS) terus mendapat sorotan dari publik. Usai seniman Surabaya, kini anggota DPRD Jawa Timur dari Dapil Surabaya, Lilik Hendarwati.
Perempuan yang juga Ketua Fraksi PKS ini menyebut DKS jangan hanya menjadi wadah ekspresi budaya, tetapi harus bertransformasi menjadi motor penggerak ekonomi kreatif di Kota Pahlawan.
“Kami memandang DKS sebagai aset penting dalam menggerakkan denyut ekonomi kreatif kota ini. Kesenian bukan sekadar ruang ekspresi budaya, tetapi juga sumber penghidupan, inovasi, dan kebanggaan kolektif yang mampu menciptakan lapangan kerja baru,” ujar Lilik saat dikonfirmasi, Rabu (17/9/2025).
Ia menekankan bahwa dukungan pembiayaan untuk kesenian harus memadai dan berkelanjutan. Namun, Lilik juga mengingatkan bahwa DKS tidak boleh terlalu bergantung pada Pemkot.
Menurut Lilik, peluang besar terbuka lewat kolaborasi dengan dunia usaha maupun pelaku UMKM.
“Sinergi antara DKS, pelaku ekonomi kreatif, dan pemerintah daerah akan melahirkan ekosistem baru yang menghubungkan potensi seni dengan peluang ekonomi. Kalau tidak bisa dengan pemkot, mengapa tidak menggandeng swasta? Yang penting saling menguntungkan,” tegasnya.
Lilik bahkan melempar ide program konkret yang dinilai bisa mendobrak kebekuan DKS. Ia menyebut Program Sinergi DKS–UMKM harus segera digagas, agar seniman Surabaya tidak hanya tampil di panggung, tetapi juga bisa masuk langsung ke ruang ekonomi masyarakat.
“Seniman DKS bisa membuat desain kemasan, merchandise, atau tampil di pasar rakyat. Dengan begitu, kesenian memberi nilai tambah nyata pada produk lokal sekaligus membuka pasar baru,” jelasnya.
Tak hanya itu, ia juga mendorong pengembangan jalur wisata seni di Surabaya. Mulai dari galeri, mural, teater, hingga ruang kreatif yang bisa dikurasi oleh DKS bekerja sama dengan investor atau pengusaha.
Pernyataan ini memantik kontroversi, karena secara tersirat Lilik menilai DKS selama ini terlalu nyaman hanya menjadi ruang ekspresi seni tanpa mengoptimalkan potensi ekonomi yang ada.
Lilik menegaskan, sudah saatnya DKS menegaskan arah, apakah tetap menjadi panggung hiburan semata, atau berubah menjadi mesin pertumbuhan ekonomi kreatif di Surabaya.
“DKS harus berani keluar dari zona nyaman. Jangan hanya menunggu event dan dana hibah. Kalau berani berinovasi, kesenian bisa jadi lokomotif pertumbuhan,” sindir Lilik.
Sebelumnya, kritik serupa juga dilontarkan Seniman Surabaya, Syarif Waja Bae. Pria jebolan Teater Lingkar Stikosa AWS ini menilai keberadaan DKS harus sejalan dengan Pemerintah Kota Surabaya.
Menurutnya, seniman tidak hanya berperan dalam menciptakan karya, tetapi juga perlu turut membantu meningkatkan Pendapatan Asli Daerah (PAD) melalui kegiatan seni dan budaya yang mampu menarik massa.
“Pola pikir seperti ini yang harus kita kembangkan. Jadi semangatnya adalah berjalan beriringan serta berperan aktif dalam menyumbang PAD dan perekonomian di Surabaya,” ujar Syarif, yang kini menjabat sebagai Fungsionaris Departemen Film Dewan Kesenian Jawa Timur (DKJT) ini.
Editor : Setiadi