Surabaya, Lingkaran.net Memasuki tahun ajaran baru 2024/2025, Ketua Komisi E DPRD Jatim, Wara Sundari Renny Pramana, mengusulkan agar mata pelajaran budi pekerti dimasukkan ke dalam kurikulum sekolah di Provinsi Jawa Timur.
Usulan ini muncul karena Renny melihat adanya penurunan sikap santun di kalangan siswa yang lebih banyak menghabiskan waktu dengan gadget.
“Anak-anak sekarang lebih mengutamakan gadget dibandingkan dengan budi pekerti. Saya sedang memperjuangkan agar pelajaran budi pekerti bisa diberikan di SD, SMP, dan SMA dalam kurikulum sekolah,” ungkap Renny, Selasa (16/7/2024).
Sebagai politisi PDI Perjuangan, Renny telah melakukan komunikasi intensif dengan dinas terkait serta kepala cabang dinas di tingkat kabupaten/kota.
Upaya ini untuk memastikan bahwa kurikulum yang baru akan mencakup pelajaran budi pekerti.
Komisi E bahkan telah melakukan roadshow dari Ngawi hingga Probolinggo untuk menyosialisasikan pentingnya pendidikan budi pekerti, dan mendapat respon positif dari berbagai pihak.
“Kami mendorong agar budi pekerti ada di kurikulum melalui Perda. Semua pihak yang kami ajak bicara, mulai dari dinas hingga kepala sekolah, merespon dengan baik dan siap mendukung,” tambah Renny.
MPLS dan Kampanye Anti-Bullying
Pada hari pertama Masa Pengenalan Lingkungan Sekolah (MPLS), Renny juga menekankan pentingnya mengadakan kegiatan yang positif dan mengedepankan prinsip anti-bullying.
Ia meminta agar guru lebih aktif mengawasi kegiatan siswa, sementara orang tua juga diminta untuk terus berkomunikasi dengan pihak sekolah.
“Guru harus lebih aktif mengawasi kegiatan siswanya, dan orang tua tidak boleh melepaskan anaknya begitu saja. Siswa harus dibekali pengetahuan bahwa mereka bisa melapor jika mengalami bullying,” tegasnya.
Renny, yang juga merupakan Bendahara DPD PDI Perjuangan Jatim dan legislator dari Dapil Jatim VIII (Kediri, Kota Kediri), menekankan pentingnya kerjasama antara guru dan orang tua dalam mengawasi anak-anak mereka di sekolah.
Menurutnya, komunikasi yang baik antara guru dan orang tua adalah kunci untuk mencegah terjadinya bullying.
“Siswa menghabiskan waktu di sekolah selama beberapa jam setiap harinya. Guru dan orang tua harus saling berkomunikasi untuk mengawasi siswa, sehingga masalah bullying bisa dicegah,” pungkas Renny.
Dengan adanya dorongan ini, diharapkan pendidikan budi pekerti dapat segera menjadi bagian integral dari kurikulum sekolah di Jawa Timur, serta menciptakan lingkungan belajar yang lebih positif dan aman bagi seluruh siswa. Alkalifi Abiyu