Surabaya, Lingkaran.net— Di semester kedua tahun ini, Dinas Perhubungan / Dishub Surabaya berencana menambah rute baru angkutan Feeder Wira Wiri.
Di antaranya rute baru di Joyoboyo-Karangpilang dan Joyoboyo-Dipenogoro-Ampel.
Namun, pengajuan realisasi rute anyar itu masih mandek di Bagian Hukum dan Kerjasama Pemkot Surabaya.
"Masih kami usulkan rencana penambahan rute feeder tersebut,” kata Sub Koordinator Angkutan Jalan dan Terminal Dishub Surabaya Ali Mustofa, saat dikonfirmasi, Selasa (1/7/2025).
Ali menyebut, pihaknya sudah melakukan kajian bersama tenaga ahli untuk menentukan daerah mana saja yang memerlukan akomodasi transportasi umum.
Hasilnya, diketahui bahwa masyarakat Surabaya di wilayah selatan dan utara sedang membutuhkannya.
Dia menyebut, penambahan rute angkutan pengumpan itu didasarkan pada permintaan masyarakat. Pihaknya pun sudah memetakan rute yang banyak diusulkan untuk diteruskan kepada Bagian Hukum dan Kerjasama untuk disetujui DPRD Surabaya.
Menurutnya, untuk pembukaan rute baru, tidak hanya mempertimbangkan tingginya peminat. Namun, juga mempertimbangkan integerasi antar moda transportasi umum.
"Totalnya saat ini ada 46 unit yang beroperasi,” imbuh Ali.
Sementara itu, Komisi C DPRD Surabaya turut mengevaluasi layanan transportasi publik yang dikelola Dishub Surabaya.
Dewan meminta penambahan rute angkutan Feeder Wira Wiri melalui alur PAK pertengahan tahun ini.
“Kami mendorong dishub mempercepat realisasi rute feeder yang idealnya 30 rute namun dengan sampai saat ini baru 11 rute. Harus segera dipercepat sehingga masyarakat bisa terlayani dengan baik dan optimal,” tutur Ketua Komisi C DPRD Eri Irawan.
Eri Irawan menyebut, penambahan rute tersebut perlu untuk segera direalisasi guna memperluas akses masyarakat terhadap transportasi umum merata di semua wilayah Surabaya.
Di sisi lain, Eri juga meminta Dishub Surabaya untuk segera mengajukan rancangan peraturan daerah (raperda) terkait dengan transportasi pubilk.
Data yang diterima dewan menunjukkan, mobilitas masyarakat yang menggunakan transportasi publik hanya 1 persen. Itu artinya, layanan angkutan masal bagi masyarakat masih kurang maksimal.
“Sementara di Semarang sudah 7 persen mobilitas masyarakat yang menggunakan transportasi umum. Bahkan, kota di dunia antara 30-60 persen. Kita harus bergerak ke sana karena visi Surabaya menuju kota dunia,” beber politisi PDI Perjuangan tersebut. (*/Rifqi Mubarok)
Editor : Hafiahza Dakarai