PKL GOR A Yani Kota Probolinggo Sepi Pembeli, Pedagang Minta Payon

Reporter : M Hidayatullah
Suasana sentra kuliner di area GOR A Yani di Jalan Dr Soetomo Kota Probolinggo. (Foto: M Hidayatullah/Lingkaran.net)

Lingkaran.net - Sentra kuliner di area GOR A Yani di Jalan Dr Soetomo Kota Probolinggo, belum bisa menarik minat pembeli secara maksimal. Padahal sudah hampir dua bulan dibuka.

Puluhan PKL yang berjulan di tempat tersebut merupakan hasil relokasi yang sebelumnya  berjualan di seputar alun alun kota setempat.

Baca juga: Sambut HUT Ke-14, NasDem Kota Probolinggo Layani Donor Darah dan Cek Kesehatan Gratis

Diduga penyebab menurunnya minat pengunjung untuk datang ke area tersebut dikarenakan belum adanya atap payon peneduh dan tidak ada toilet umum bagi pengunjung.


"Malas mau masuk ke area sentra kuliner sebab area itu masih panas saat pagi dan siang hari serta tidak ada toilet," kata Ramdani salah satu warga Probolinggo, Jumat (3/10/2025).

Bangunan untuk stand pada sentra kuliner di sana sudah tertata dengan rapi. Namun belum maksimal pembangunannya serta tidak ada fasilitas umum bagi pengunjungnya termasuk untuk kamar kecil.

"Ini justru membuat pembeli sulit untuk masuk, mending cari tempat kuliner di luar are itu," ucapnya.

Dengan belum dilengkapi fasilitas payon dan fasilitas toilet, membuat daya tarik masyarakat untuk singgah mencari kuliner disana masih cenderung rendah.

"Sangat sepi mas pembelinya, dibadingkan pada saat berjualan diarea alun-alun kemarin sebelum ada relokasi," kata Kholil salah satu pedagang.

Sepinya pembeli yang datang secara otomatis membuat omzet pendapatan puluhan PKL di lokasi tersebut menurun drastis.

"Bayangkan saja mas,  hari saja saya hanya mendapatkan 10 ribu omzetnya, mau untung gimana balik modal saja sudah untung," keluhnya.

Baca juga: Pemkot Probolinggo Janji Gelar Event dan Bangun Kanopi Sentra Kuliner GOR A Yani

Hal senada juga dikatakan Elry, salah satu penjual soto. Ia menyebutkan dirinya mulai berjualan di standnya sejak pukul 16.00 sampai jam 21.30 WIB saja.

"Mau berjulan mulai pagi dan siang gak bisa karena areanya ketika siang hari panas. Sebab tidak ada payon peneduhnya," katanya.

Sehingga banyak pembeli yang kurang berminat untuk mencari kuliner diarea ini. Sedangkan dirinya bersama PKL lain ingin mencari penghasilan dari berjualan untuk memperoleh keuntungan. 

"Tetapi fakta yang ada hingga hampir dua bulan ini justru omset pedagang terus menurun, bahkan sudah mulai banyak PKL lain yang sudah tidak betah dengan memilih tutup bedak," ucapnya.

Erly juga menyebutkan memilih menutup stand jualan itu karena dinilai pembelinya sepi. Bahkan sehari saja dirinya hanya memperoleh pendapatan kotor dari hasil penjualan dagangannya hanya berkisar Rp20-50 ribu saja.

Baca juga: Wakil Ketua DPRD Kota Probolinggo Abdul Mujib Prihatin Kondisi PKL GOR A Yani

"Bisa dibayangin sendiri mau dapat untung dari mana kalau seperti ini kondisinya," ujarnya.

Erly berharap dengan adanya upaya pemerintah Kota Probolinggo, melakukan penertipan dengan merolakasi para PKL ke tempat ini, agar betul betul dipikirkan secara matang.

"Kita sudah mengikuti arahan dari pemerintah tetapi harapan kami sebagai pedagang disini untuk bisa segara dibangunkan payon dan toilet umum bagi pengunjung. Karena rata rata banyak mengeluhkan soal keduanya mereka akhirnya pilih cari tempat makan di daerah lain," pintanya.

Bahkan ia juga menegaskan, jika pemerintah tidak segara merealisasikan dua hal itu, maka secara otomatis jumlah PKL yang ada disini akan kabur dan akan mencari tempat lain.

"Kita berjualan ingin mencari untung bukan terus menerus rugi," ucapnya.

Editor : Zaki Zubaidi

Politik & Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru