Malang, Lingkaran.net Kota Malang kembali disorot menyusul meningkatnya jumlah kasus HIV/AIDS dalam beberapa tahun terakhir. Data terbaru menunjukkan, per 2025 sudah terdapat 180 kasus baru yang sebagian besar menimpa usia muda produktif.
Anggota DPRD Jawa Timur, Puguh Wiji Pamungkas, menyampaikan keprihatinannya terhadap peningkatan signifikan jumlah penderita HIV/AIDS, terutama di kalangan usia muda yang produktif.
Baca juga: Impor Sapi Dibuka, DPRD Jatim: Jangan Sampai Harga Sapi Lokal Anjlok!
Saya turut prihatin atas lonjakan kasus HIV/AIDS yang ada di Kota Malang. Tahun ini saja, tercatat ada 180 kasus baru. Ini tentu menjadi keprihatinan kita semua, kata Puguh, Kamis (19/6/2025).
Politikus Partai Keadilan Sejahtera (PKS) dari Dapil VI yang meliputi wilayah Malang, Kota Malang dan Kota Batu ini menilai, situasi ini ironis mengingat Malang dikenal sebagai kota religi dan kota pendidikan.
Malang dikelilingi banyak pesantren. Selain itu, ada sekitar 80-an perguruan tinggi di sini. Seharusnya, ini menjadi benteng moral, etika, dan karakter bagi generasi muda, tegasnya.
Namun faktanya, data menunjukkan tren peningkatan kasus HIV/AIDS sejak 2019 hingga 2022, dan diprediksi terus meningkat hingga 2025.
Sebelumnya, Dosen Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), Sri Sunaringsih Ika Wardojo juga mengungkapkan salah satu faktor utama adalah pergaulan bebas di kalangan remaja dan mahasiswa.
Baca juga: Pansus DPRD Jatim Soroti Orkestrasi Lintas OPD di Program Nawa Bhakti Satya
Dari data yang saya kumpulkan selama tiga tahun, tren kasus HIV di Kota Malang terus meningkat. Tahun ini saja, berdasarkan laporan Dinas Kesehatan, terdapat penambahan sekitar 180 pasien HIV/AIDS baru, ujar Sri Sunaringsih.
Puguh menekankan pentingnya peran pemerintah dan stakeholder kampus untuk bergerak cepat.
Ini tidak bisa dibiarkan. Pemerintah Malang harus mengambil langkah strategis dan koordinasi lintas sektor, termasuk Dinas Kesehatan Provinsi Jatim, ujar Puguh yang juga anggota Komisi E DPRD Jatim ini.
Baca juga: KPK Kaget Saat Mathur Husyairi Ungkap Korupsi Dana Hibah, Apa Itu
Ia juga mendorong regulasi yang lebih ketat untuk rumah kos dan penginapan yang kerap menjadi ruang pergaulan bebas.
Perlu ada regulasi untuk penginapan dan kos-kosan agar tidak jadi tempat praktik pergaulan bebas yang memicu penyebaran HIV, tegasnya.
Tak hanya itu, Puguh menilai pendekatan keagamaan juga sangat penting. Kalau sudah tidak takut dengan aturan dan hukum negara, maka benteng terakhir kita adalah para ulama, tokoh agama, dan pendidikan karakter, pungkasnya. Alkalifi Abiyu
Editor : Redaksi