Surabaya, Lingkaran.net--Dinas Perindustrian dan Ketenagakerjaan / Disperinaker Surabaya mencatat pengguna aplikasi Link and Match ASSIK (Arek Suroboyo Siap Kerjo) kini mencapai sekitar 38 ribu pengguna. Rata-rata, pengguna aplikasi berbasis website tersebut diakses oleh pencari kerja usia produktif.
Baca juga: Dewan Ingatkan Pemkot Rutin Evaluasi Perusahaan di Surabaya, Agar Hak Para Pekerja Terpenuhi
Kepala Disperinaker Surabaya, Agus Hebi Djuniantoro mengatakan, melalui aplikasi ASSIK ini, pencari kerja bisa mendapatkan pekerjaan sesuai dengan keahlian dan upah minimum kota (UMK) Surabaya.
Hebi mengungkapkan, mayoritas pengguna aplikasi ini adalah pencari kerja usia 18 tahun ke atas. “Mereka (pengguna aplikasi ASSIK) belum tentu menganggur, mungkin ada yang sambil dagang atau ngojek. Tetapi mereka mendaftar ke kami tentunya ingin menjadi pekerja penerima upah untuk meningkatkan perekonomian keluarga,” kata Hebi, Kamis (3/7/2025).
Hebi menjelaskan, melalui aplikasi ASSIK, pencari kerja bisa mencari pekerjaan yang sesuai dengan keahliannya dan gaji UMK. Dirinya juga memastikan, lowongan pekerjaan yang tersedia di aplikasi tersebut sudah terverifikasi.
“Sehingga meminimalisir potensi lowongan kerja fiktif yang marak beredar di sosial media. Ini salah satu usaha agar usia produktif mendapat pekerjaan di sektor yang sesuai dengan keahlian mereka,” jelas Hebi.
Mantan Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Surabaya itu menyebutkan, adanya aplikasi ini diharapkan dapat menekan angka pengangguran terbuka di Surabaya. Ia menargetkan, pengangguran terbuka di Surabaya bisa turun 0,4 persen di tahun 2025.
Berdasarkan data dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kota Surabaya, angka pengangguran terbuka di Kota Pahlawan terus mengalami penurunan sejak tahun 2020. Pada tahun 2020, angka pengangguran terbuka di Surabaya berada di angka 9,79 persen.
Kemudian pada tahun 2021 menurun menjadi 9,68 persen, di tahun 2022 terus menurun hingga 7,62 persen, dan di tahun 2023 turun menjadi 6,76 persen. Kemudian di tahun 2024, pengangguran terbuka turun lagi menjadi 4,91 persen. “Tahun ini harapannya bisa turun sampai 0,4 persen atau lebih,” tambahnya.
Hebi menyebutkan, pemkot terus melakukan berbagai upaya untuk menekan pengangguran terbuka di Surabaya. Yakni dimulai dari melakukan pendataan pencari kerja usia produktif, hingga menyiapkan tenaga kerja ahli melalui program pelatihan kerja dan kewirausahaan.
“Kami juga optimalisasi pekerja migran Indonesia, siapa yang berminat kami sambungkan dengan agen pengelola pekerja ke luar negeri,” sebutnya.
Tidak hanya itu, peluang kerja atau job fair juga disebarluaskan ke kawasan perkampungan. Terlebih, saat ini terdapat 500 kampung pancasila yang dibentuk oleh Pemkot Surabaya.
Baca juga: Disperinaker Surabaya Mediasi Perusahaan Tahan Ijazah, Pekerja Merasa Lega Mendapatkan Haknya
“Kami juga melibatkan DPMPTSP, jika terdapat pengusaha yang mengurus perizinan, direkomendasikan 60 persen pekerjanya merupakan orang ber-KTP Surabaya,” paparnya.
Dirinya menambahkan, segala upaya ini merupakan program yang menjadi salah satu fokus Wali Kota Eri Cahyadi untuk menekan pengangguran terbuka di Surabaya. Tidak hanya itu, ia menjelaskan, pemkot juga terus menjalin kolaborasi dengan dunia usaha dan industri hingga perangkat daerah (PD) terkait.
“Angka pengangguran terbuka targetnya dapat terus turun,” pungkasnya. (*)
Editor : Hafiahza Dakarai