Lingkaran.net - Meski sering disamakan karena bentuk dan cara penyajiannya, pastel dan jalangkote ternyata memiliki perbedaan mendasar yang mencerminkan kekayaan budaya kuliner Indonesia.
Keduanya sama-sama berbentuk setengah lingkaran, berisi campuran sayuran dan bihun, serta digoreng hingga renyah. Namun, dari segi rasa, tekstur, hingga penyajian, keduanya memiliki identitas khas masing-masing.
Jalangkote, Kuliner Ikonik Sulawesi Selatan
Chef Nur Hidayat, pakar kuliner tradisional asal Makassar, menyebut jalangkote sebagai warisan budaya masyarakat Bugis-Makassar yang lekat dengan nilai tradisi dan sosial.
“Jalangkote itu bukan sekadar camilan, tapi bagian dari budaya Bugis-Makassar. Biasanya disajikan dalam acara adat seperti mappacci, aqiqah, atau pesta pernikahan,” ujar Chef Nur seperti dikutip dari lamannya.
Isian jalangkote umumnya terdiri dari wortel, kentang, tauge, dan bihun. Yang membuatnya unik adalah sambal cair khas Makassar yang asam dan pedas, disajikan terpisah dan disiram saat hendak dimakan.
“Sambalnya bikin nagih. Rasanya segar dan pedas, jadi makan satu biasanya nggak cukup,” tambahnya.
Pastel, Jajanan Pasar Khas Jawa dan Betawi
Berbeda dengan jalangkote, pastel lebih dikenal luas sebagai jajanan pasar khas Jawa dan Betawi. Isian pastel umumnya lebih padat dan berat karena mencakup bihun, wortel, kentang, telur rebus, dan kadang ditambah daging ayam cincang.
“Pastel itu cenderung gurih manis dan umumnya dimakan tanpa sambal pelengkap,” jelas Chef Nur.
Dari sisi tekstur, pastel memiliki kulit yang lebih tebal dan sedikit empuk karena adonannya menggunakan margarin. Sementara jalangkote memiliki kulit yang tipis, renyah, dan ringan, berkat penggunaan minyak kelapa atau minyak goreng dalam proses pembuatannya.
Kuliner yang Menyatukan Rasa dan Budaya
Menurut Chef Nur, perbedaan pastel dan jalangkote tak hanya soal rasa dan bahan, tetapi juga mencerminkan fungsi sosial dan budaya dari masing-masing makanan.
“Jalangkote bukan cuma makanan ringan, tapi juga simbol keramahan dan penghormatan dalam budaya Bugis. Biasanya disuguhkan kepada tamu sebagai bentuk sambutan hangat,” terangnya.
Kini, baik pastel maupun jalangkote dapat ditemukan di berbagai daerah di Indonesia, bahkan dijajakan oleh pelaku UMKM dengan berbagai inovasi rasa dan bentuk.
Di Makassar sendiri, jalangkote menjadi produk unggulan kuliner lokal yang dibanggakan, mulai dari jajanan rumahan hingga oleh-oleh khas Sulawesi Selatan.
Lestarikan Kuliner Nusantara Lewat Rasa dan Cerita
Dengan memahami perbedaan antara pastel dan jalangkote, masyarakat tidak hanya bisa menikmati kelezatannya, tetapi juga turut melestarikan kuliner tradisional yang kaya akan nilai sejarah dan budaya lokal.
“Makanan bukan hanya soal rasa, tapi juga tentang identitas. Jalangkote dan pastel adalah dua contoh bagaimana kuliner bisa menjadi warisan budaya yang hidup,” pungkas Chef Nur.
Editor : Setiadi