Lingkaran.net - Suasana tak biasa menyelimuti Warung Kopi Sedulur Tunggal Kopi (STK) di Jalan Kaca Piring, Surabaya, Minggu pagi (27/7/2025).
Biasanya tempat ini penuh sesak oleh gelak tawa, canda, dan deru obrolan khas para driver ojek online (ojol). Namun hari itu, suasana berubah drastis. sepi, murung, dan penuh bisik-bisik kegelisahan.
Puluhan driver ojol yang biasanya mengantre pesanan kini hanya duduk bersandar, sebagian tampak membolak-balik layar ponsel, lainnya melamun sambil menyeruput kopi.
Mereka bukan sedang menanti orderan, tapi terhimpit kekhawatiran soal masa depan profesinya.
Pasalnya, mantan bos besar Gojek, Nadiem Makarim, tengah dikepung tiga perkara dugaan korupsi.
Tiga Kasus Besar di Era Nadiem Makarim
Tiga perkara yang tengah diusut oleh Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dan Kejaksaan Agung (Kejagung) itu meliputi Pengadaan Laptop Chromebook – Diusut oleh Kejagung, dengan Nadiem masih berstatus sebagai saksi.
Disamping itu, Korupsi Google Cloud. Dalam proses penyelidikan oleh KPK. Serta dugaan Korupsi Kuota Internet Gratis Saat Pandemi Covid-19 dan KPK sudah membenarkan adanya penyelidikan itu.
Meskipun Nadiem belum dipanggil secara resmi dalam dua perkara terakhir, kegaduhan politik ini telah merambat ke bawah. Driver ojol, yang sebagian dari mereka tumbuh bersama platform Gojek yang didirikan Nadiem mulai merasa dampaknya secara psikologis.
"Buyar-Buyar Ojol Iki"
Seorang driver ojol berpenampilan mencolok, jaket penuh emblem komunitas, sarung tangan hitam, buff yang menempel di kepala terlihat murung. Sambil menyeruput kopi hitamnya, ia bergumam pelan tapi penuh makna.
“Buyar-buyar ojol iki, seng duwur koyok ngono, drivere seng remek (Hancur-hancur ini ojol, yang di atas seperti itu, drivernya yang hancur.)," ucapnya dihadapan kawan seprofesinya itu.
Ada empat kawannya yang mendengarkan keluhannya. Yang satu terlihat menatap hapenya, satunya lagi tampak melamun, dan dua kawannya lagi terlihat memperhatikannya.
Ucapan itu menggambarkan kekecewaan dan kekhawatiran para driver terhadap apa yang sedang terjadi. Meskipun mereka sadar bahwa Nadiem sudah lama keluar dari Gojek.
Sejak Oktober 2019, bahkan sudah mundur sebagai Presiden Komisaris dan tak terlibat dalam manajemen, nama besar Nadiem tetap melekat dengan identitas Gojek sang Mantan Mendikbudristek era Presiden Jokowi ini.
Efek Psikologis dan Persepsi Publik
Sebagian besar driver merasa resah. Mereka takut kredibilitas platform tempat mereka menggantungkan hidup bisa tercoreng.
Apalagi dengan sorotan media yang terus membesar, publik bisa saja mengaitkan Gojek dengan isu-isu yang sebenarnya tidak lagi relevan secara struktural.
“Lha wong wong ngerti'e Gojek kuwi Nadiem. Padahal wis dudu,” kata kawannya itu sembari menyambar perkataannya.
"Orang-orang tahunya Gojek itu Nadiem. Padahal sudah bukan," tambahnya sembari meyakinkan.
Editor : Setiadi