Lingkaran.net - Menghadapi tantangan banjir saat musim hujan dan kekeringan di musim kemarau, Fraksi PDI Perjuangan (PDIP) DPRD Jawa Timur mengusulkan pembangunan embung di sejumlah wilayah rawan bencana air di Jatim.
Anggota Fraksi PDIP DPRD Jatim, Martin Hamonangan, menyebut embung sebagai solusi strategis dalam tata kelola air. Selain menjamin ketersediaan air bersih, embung juga mendukung irigasi pertanian di daerah yang bergantung pada tadah hujan.
“Di daerah dengan kontur pegunungan dan wilayah tadah hujan, harus ada pengelolaan agar air berlimpah di musim hujan bisa dimanfaatkan di musim kemarau,” ujarnya, Selasa (12/8/2025).
Martin mencontohkan Kalibaru, Banyuwangi, yang setiap musim hujan menghadapi banjir akibat melimpahnya air, namun di musim kemarau mengalami kekeringan.
“Kalau musim hujan, semua menolak air karena banjir. Kenapa tidak berpikir membuat embung untuk menampung air hujan itu?” jelasnya.
Menurut anggota Komisi D DPRD Jatim ini, penurunan daya serap tanah juga dipicu alih fungsi hutan tanaman keras menjadi lahan jagung dan tebu. Kondisi ini membuat air hujan langsung mengalir deras ke bawah tanpa terserap tanah.
Martin menegaskan bahwa melarang total penanaman jagung atau tebu bukan solusi praktis. Sebaliknya, ia mendorong pembangunan embung dan sumur kelola untuk sumber air minum dan pengairan sawah sebagai langkah mitigasi.
Martin menyoroti wilayah seperti Madura dan Bondowoso yang menghadapi krisis air parah. Di Bondowoso, pengeboran hingga kedalaman 100–200 meter belum tentu menemukan sumber air, sehingga pengelolaan air hujan dinilai sebagai solusi paling realistis.
Berdasarkan data BPBD Jatim, sepanjang 2024 setidaknya 26 kabupaten/kota terdampak kekeringan. Wilayah terparah meliputi Probolinggo, Sampang, Bangkalan, Pamekasan, Bondowoso, dan Lumajang, dengan lebih dari 400 ribu jiwa terdampak krisis air bersih dan ribuan hektare sawah mengalami gagal panen.
Martin mendesak Pemprov Jatim bersama pemerintah kabupaten/kota untuk memprioritaskan pembangunan embung baru di daerah rawan banjir dan kekeringan, sekaligus memperkuat program konservasi air.
“Dengan embung, kita bisa memutus siklus kekurangan air di musim kemarau, dan meminimalkan kerugian akibat banjir di musim hujan,” pungkasnya.
Editor : Setiadi
