Surabaya, Lingkaran.net Masyarakat Jawa Timur siap menyambut momen bersejarah pada Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jawa Timur 2024.
Dalam kontestasi politik tersebut, tiga figur perempuan kuat, yang dikenal sebagai “Tiga Srikandi Jatim,” yakni Khofifah Indar Parawansa, Tri Rismaharini, dan Luluk Nur Hamidah, akan bertarung memperebutkan kursi Gubernur Jawa Timur.
Fenomena ini menarik perhatian banyak pihak, termasuk pakar politik. Dosen Ilmu Politik FISIP UNAIR, Febby Risti Widjayanto menyoroti bahwa kehadiran tiga tokoh perempuan dalam Pilkada ini merupakan sinyal positif dari kemajuan kesetaraan gender di dunia kepemimpinan Indonesia.
Febby mengaitkan fenomena ini dengan peningkatan Indeks Pembangunan Gender (IPG) di Jawa Timur.
“IPG Jatim tahun 2022 mencapai 92,08, lebih tinggi dari rata-rata nasional di angka 91,63. Ini mencerminkan bahwa aspirasi perempuan untuk berpartisipasi dalam politik kian meningkat, seiring dengan partisipasi mereka yang lebih aktif dalam perekonomian dan pendidikan,” ujarnya, Rabu (18/9/2024).
Febby menjelaskan bahwa peningkatan Angka Partisipasi Kasar (APK) perempuan dalam pendidikan tinggi turut mempengaruhi munculnya lebih banyak perempuan berkualitas dalam jabatan publik.
“Secara nasional, APK perempuan dalam pendidikan tinggi mencapai 33,87 persen, melampaui laki-laki di angka 29,12 persen. Ini menandakan bahwa semakin banyak perempuan yang memiliki kualifikasi untuk memimpin,” ungkapnya.
Namun, di balik kemajuan ini, Febby juga mengingatkan bahwa pemimpin perempuan masih menghadapi tiga tantangan utama: keterbatasan sumber daya material, stigma budaya yang meragukan kepemimpinan perempuan, dan beban ganda antara tanggung jawab karir dan rumah tangga.
“Pemimpin perempuan seringkali terkendala oleh sumber daya finansial, sementara di sisi lain, stigma kultural yang meragukan kemampuan mereka masih ada. Di samping itu, mereka juga menghadapi beban ganda, yaitu harus menyeimbangkan karir dengan tugas domestik,” jelasnya.
Febby menekankan pentingnya kebijakan yang mendukung kesetaraan gender, seperti penyediaan fasilitas penitipan anak (daycare) yang lebih terjangkau, untuk mengurangi beban ganda yang dihadapi perempuan.
“Pembagian peran yang lebih adil di dalam rumah tangga juga sangat penting agar perempuan dapat lebih fokus dalam menjalankan perannya sebagai pemimpin,” tambahnya.
Meski begitu, kehadiran Khofifah, Risma, dan Luluk di panggung politik Jatim menjadi angin segar bagi masa depan kepemimpinan perempuan di Indonesia.
“Fenomena ini menjadi pesan kuat bahwa perempuan memiliki kesempatan yang setara untuk memimpin, dan ini akan semakin meningkatkan kepercayaan publik terhadap pemimpin perempuan,” pungkas Febby.
Dengan pertarungan sengit yang diwarnai oleh sosok-sosok berpengalaman dan karismatik, Pilkada Jawa Timur 2024 diprediksi akan menjadi salah satu ajang paling menarik dan bersejarah, tidak hanya di tingkat daerah, tetapi juga dalam peta politik nasional. Alkalifi Abiyu