Surabaya, Lingkaran.net Judi online kini tak lagi sekadar hiburan di layar ponsel. Di balik gemerlap bonus dan janji menang cepat, tersembunyi jerat yang mengancam kesehatan mental masyarakat.
Rumah Sakit Jiwa (RSJ) Menur Surabaya mengungkap fakta mencengangkan: sejak Januari hingga April 2025, sebanyak 51 pasien dengan gangguan kecanduan judi online telah ditangani. Yang mengejutkan, pasien termuda masih berusia 14 tahun.
Direktur RSJ Menur, drg. Vitria Dewi, M.Si, menyatakan bahwa jumlah ini menunjukkan tren peningkatan tajam, bahkan melampaui angka sepanjang tahun 2024 yang mencapai 68 kasus.
"Kami melihat kecenderungan angka ini akan terus naik seiring masifnya promosi judi online dan minimnya kontrol keluarga," ujarnya, Rabu (21/5/2025).
Tak hanya orang dewasa, anak-anak dan remaja kini juga menjadi korban. Rentang usia pasien sangat lebar, dari usia belasan hingga lansia berusia 70 tahun.
"Ada pasien yang datang sendiri, ada yang dibawa keluarga, bahkan ada yang masuk lewat IGD karena kondisi mentalnya sudah terguncang," imbuh Vitria.
Fenomena ini bukan lagi sekadar kekhawatiran, tapi darurat kesehatan mental. Kebanyakan pasien menunjukkan gejala yang tidak bisa diabaikan seperti sulit tidur, gangguan emosi, kebohongan soal keuangan, hingga isolasi sosial.
Semakin dini gejalanya dikenali, semakin besar peluang untuk sembuh. Tapi jika dibiarkan, dampaknya bisa menghancurkan masa depan, tegas Vitria.
Menurutnya, akses judi online yang semakin mudah. Cukup lewat ponsel dan internet menjadi penyebab utama lonjakan kasus. Di sisi lain, kontrol sosial dari keluarga dan sekolah dinilai masih sangat lemah.
Kita sedang menghadapi bom waktu. Kalau tidak ada langkah pencegahan dan edukasi massif, angka kecanduan ini akan terus menanjak, bahkan bisa meledak, ujarnya serius.
RSJ Menur pun menyerukan peran aktif seluruh elemen masyarakat, baik keluarga, sekolah, dan pemerintah untuk mendeteksi dini dan mencegah meluasnya jerat judi online, terutama di kalangan anak muda. Alkalifi Abiyu
Editor : Redaksi