Surabaya, Lingkaran.net Prestasi membanggakan kembali ditorehkan Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS). Mohamad Almas Prakasa berhasil meraih gelar doktor di usia 25 tahun dengan sederet pencapaian akademik kelas dunia.
Lulusan Departemen Teknik Elektro ITS ini tidak hanya menuntaskan studi S3 dalam waktu singkat, tetapi juga berhasil mencatatkan 35 publikasi ilmiah internasional, termasuk sembilan di jurnal bergengsi Quartile 1 (Q1).
Lulus Doktor Lewat Program PMDSU dalam 4 Tahun
Almas menempuh jalur cepat melalui Program Magister Menuju Doktor untuk Sarjana Unggul (PMDSU) dari Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemdikbudristek) RI.
Program ini memungkinkan Almas meraih gelar magister dan doktor sekaligus hanya dalam waktu empat tahun.
Selain itu, ia juga menjadi penerima beasiswa Peningkatan Kualitas Publikasi Internasional (PKPI) dari Kemdiktisaintek RI. Beasiswa ini membawanya melakukan riset selama empat bulan di Tottori University, Jepang.
Kolaborasi Riset dengan Jepang, Italia, dan Taiwan
Kiprah internasional Almas terbukti lewat kolaborasi dengan profesor ternama, seperti Prof Shigemasa Takai (Osaka University, Jepang), Prof Alberto Borghetti (University of Bologna, Italia), dan Prof Nien-Che Yang (NTUST, Taiwan).
Bahkan saat ini, Almas tengah mengajukan proposal riset ke universitas di Luxembourg dan Uzbekistan, didukung oleh dosen pembimbingnya, Prof Dr Ir Imam Robandi MT IPU.
Riset Canggih untuk Stabilitas Sistem Tenaga Listrik
Penelitian Almas berfokus pada peningkatan stabilitas Sistem Tenaga Listrik (STL) skala besar. Ia merumuskan metode baru dengan menggabungkan Power System Stabilizer (PSS) dan Virtual Inertia Control (VIC) berbasis kecerdasan buatan.
Solusi inovatif ini tidak hanya lebih efektif dan sesuai dengan standar grid code, tetapi juga mendukung tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-7, yaitu energi bersih dan terjangkau.
Ciptakan Algoritma Baru Lebih Akurat dari yang Ada
Selain itu, Almas berhasil mengembangkan algoritma Harris Hawk Optimization (HHO) versi baru, dengan penambahan strategi penyimpanan memori (Memory Storage Strategy/MSS).
Algoritma ini memiliki performa yang lebih unggul dalam hal akurasi, konsistensi, dan keseimbangan eksplorasi-eksploitasi dibanding algoritma lain di kelasnya.
Dukungan Kampus dan Harapan ke
Depan
Kesuksesan Almas tidak lepas dari lingkungan riset yang suportif di ITS, khususnya di Power System Operation and Control (PSOC) dan Power System Simulation Laboratory (PSSL). Ia bahkan dipercaya menjadi asisten pembimbing bagi mahasiswa S1 dan S2, termasuk mahasiswa internasional asal Tanzania.
“ITS telah memberi saya ruang dan dukungan luar biasa. Saya ingin terus mengabdi sebagai peneliti dan dosen di ITS,” ujar pria kelahiran Brebes, Jawa Tengah, 1 September 1999 itu.
Almas juga berpesan kepada generasi muda untuk tidak ragu melanjutkan studi hingga jenjang doktoral. “Menempuh pendidikan S3 bukan soal siapa yang paling pintar, tapi soal strategi belajar dan konsistensi,” pungkasnya. (*)
Editor : Setiadi