Lingkaran.net - Setiap 14 Agustus, Indonesia memperingati Hari Pramuka sebagai bentuk penghargaan terhadap gerakan kepanduan yang telah berperan besar dalam membentuk karakter generasi muda.
Salah satu tokoh penting di balik berdirinya Gerakan Pramuka Indonesia adalah Sri Sultan Hamengkubuwono IX, yang dikenal sebagai Bapak Pramuka Indonesia.
Baca juga: Peringati Hari Pramuka ke-64, Wawali Armuji Sampaikan Pesan Begini
Awal Perjalanan Sri Sultan Hamengkubuwono IX di Dunia Pramuka
Sri Sultan Hamengkubuwono IX lahir pada 12 April 1912 dengan nama kecil Gusti Raden Mas Dorojatun. Kecintaannya pada kepanduan dimulai sejak usia 9 tahun, tepatnya pada 1921, ketika ia menjadi anggota welp (pramuka siaga) di Yogyakarta.
Karier politik dan kepemimpinannya berkembang pesat. Pada 18 Maret 1940, beliau diangkat sebagai Sultan Yogyakarta, dan setelah kemerdekaan Indonesia, menjadi Gubernur pertama Daerah Istimewa Yogyakarta.
Peran Besar dalam Pendirian Gerakan Pramuka Indonesia
Pada awal 1960-an, Sri Sultan diangkat menjadi Pandu Agung, jabatan tertinggi di kepanduan. Bersama Presiden Soekarno, ia menggagas penyatuan berbagai organisasi kepanduan yang tersebar di Indonesia.
Pada 9 Maret 1961, Presiden Soekarno membentuk Panitia Pembentukan Gerakan Pramuka yang terdiri dari Sri Sultan Hamengkubuwono IX, Prof. Prijono, Dr. A. Azis Saleh, dan Achmadi.
Panitia ini menyusun Anggaran Dasar Gerakan Pramuka dan melahirkan Keppres RI No. 238 Tahun 1961, yang menetapkan Gerakan Pramuka sebagai satu-satunya organisasi kepanduan resmi di Indonesia.
Baca juga: Khofifah Kenalkan Gus Darling saat Peringati Hari Pramuka ke-64 di Pangkalan Laut TNI
Akhirnya, 14 Agustus 1961 menjadi hari bersejarah dengan berdirinya Gerakan Pramuka Indonesia. Nama "Pramuka" diambil dari kata Poromuko (prajurit terdepan) serta singkatan Praja Muda Karana (jiwa muda yang berkarya).
Kepemimpinan dan Terobosan Sri Sultan di Pramuka
Sri Sultan Hamengkubuwono IX memimpin Kwartir Nasional Pramuka selama 13 tahun (1961–1974). Beberapa terobosannya antara lain:
Gerakan Tabungan Pramuka (1974) untuk melatih kemandirian finansial anggota pramuka. Wirakarya Nasional (1968), perkemahan nasional pertama pramuka Indonesia. Pencetusan Tri Satya dan Dasa Dharma Pramuka sebagai pedoman nilai.
Penetapan warna seragam pramuka: coklat muda (air) untuk atasan dan coklat tua (tanah) untuk bawahan.
Pengakuan Dunia: Bronze Wolf Award
Pengabdian Sri Sultan di dunia kepramukaan diakui internasional.
Pada 1973, ia menerima Bronze Wolf Award dari World Organization of the Scout Movement (WOSM) — penghargaan tertinggi pramuka dunia.
Pramuka di Indonesia Saat Ini
Hingga kini, pramuka menjadi bagian dari pendidikan karakter di sekolah. Terdapat empat tingkatan pramuka sesuai usia:
- Pramuka Siaga: 7–10 tahun
- Pramuka Penggalang: 11–15 tahun
- Pramuka Penegak: 16–20 tahun
- Pramuka Pandega: 21–25 tahun
Pramuka mengajarkan keterampilan praktis sekaligus nilai kejujuran, disiplin, kerja sama, dan kepemimpinan.
Hari Pramuka bukan sekadar perayaan, tetapi momentum untuk mengenang jasa Sri Sultan Hamengkubuwono IX dan memperkuat komitmen membina generasi muda Indonesia yang tangguh, berkarakter, dan siap berkarya bagi bangsa.
Editor : Setiadi