Lingkaran.net - Film animasi Merah Putih: One for All memang fenomal. Namun sayang, yang menjadikannya viral bukan hal positif. Sebab itu, kreator film berbiaya mahal wajib menyimak komentar para kritikus agar bisa berbuat lebih baik.
Dosen Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Airlangga (FISIP Unair), Irfan Wahyudi, SSos MComms PhD, menegaskan pentingnya kualitas teknis dan estetika dalam karya audio-visual.
Baca juga: Hasil Jeblok, Kreator Merah Putih One for All Ngotot Produksi Film Tiap Tahun
Menurutnya, penerimaan pesan sangat bergantung pada pengemasan sebuah karya.
"Film, baik animasi maupun non-animasi, harus memenuhi kaidah estetika karena itu berkaitan dengan penerimaan audiens. Ketika visual tidak mendukung, pesan yang ingin disampaikan berisiko tidak efektif,” jelas Irfan di laman resmi Unair, Selasa (19/8/2025).
Irfan menilai bahwa kritik terhadap film Merah Putih: One for All merupakan hal wajar. Pasalnya, masyarakat kini sudah terbiasa dengan standar animasi yang tinggi sehingga ekspektasi mereka semakin meningkat.
“Dalam menikmati karya visual, yang pertama kali terlihat adalah kualitas visualnya, baru kemudian pesan yang dibawa. Jika visual lemah, maka pesan, termasuk pesan nasionalisme bisa tertutupi,” tambahnya.
Irfan menjelaskan bahwa pesan dalam karya audio-visual tidak bisa dilepaskan dari kualitas media yang digunakan.
Ia mencontohkan, sebagaimana dalam tulisan yang membutuhkan gaya bahasa yang baik agar isi tersampaikan, begitu pula dalam film animasi kualitas visual menjadi pintu masuk bagi audiens.
Baca juga: Di-mention Natizen Gegara Merah Putih One for All, Ini Respons Sutradara Jumbo
“Kalau visualnya bagus, barulah pesan bisa diresapi dengan baik. Tetapi ketika pesan heroik atau nasionalisme tertutupi oleh visual yang tidak memenuhi standar, maka dampaknya justru berlawanan dengan tujuan awal,” ungkap Irfan.
Ia juga menyoroti perbandingan publik dengan karya animasi lain yang dinilai lebih baik.
Menurutnya, hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi industri animasi lokal untuk terus meningkatkan kualitas agar mampu bersaing di tingkat nasional maupun internasional.
Meski demikian, Irfan menekankan bahwa satu karya dengan kualitas rendah tidak serta-merta meruntuhkan citra kreatif bangsa.
Baca juga: Film Animasi Merah Putih One for All, Jangan Bandingkan dengan Jumbo
Menurutnya, masyarakat sudah memiliki referensi dari berbagai karya animasi Indonesia lain yang digarap dengan serius dan menghasilkan apresiasi positif.
“Yang penting adalah kita terus belajar dan meningkatkan kualitas. Jangan sampai satu kasus dijadikan kesimpulan untuk semua karya animasi Indonesia,” tegasnya.
Ia menyoroti perlunya rumah produksi mengutamakan kualitas teknis sebelum menyampaikan pesan.
Dengan begitu, pesan budaya maupun nilai nasionalisme dapat diterima audiens secara efektif dan sekaligus meningkatkan kebanggaan masyarakat terhadap karya lokal.
Editor : Zaki Zubaidi