Lingkaran.net - Semangat menuntut ilmu tidak mengenal usia. Hal ini dibuktikan oleh Dr Dra Wiwik Dahani MT, dosen Universitas Trisakti yang berhasil meraih gelar doktor dari Program Studi S3 Kimia, Fakultas Sains Analitika Data (FSAD) Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya pada usia 63 tahun. Ia akan resmi diwisuda dalam Wisuda ke-132 ITS pada Sabtu (27/9/2025).
Perempuan kelahiran Surabaya, 24 Mei 1962 ini, mengaku motivasinya melanjutkan kuliah doktoral bukan sekadar mengejar gelar, melainkan karena kecintaannya pada ilmu pengetahuan dan pencarian makna hidup.
“Saya ingin memotivasi orang-orang di sekitar untuk semangat menuntut ilmu. Jika saya bisa, kenapa mereka tidak,” ungkap Wiwik yang meraih IPK 3,95 dengan bangga.
Meski telah mengajar di Universitas Trisakti hampir 40 tahun, Wiwik tetap memilih ITS sebagai tempat melanjutkan studi. Selain karena ITS merupakan kampus impiannya sejak SMA, lokasi di kota kelahirannya juga menambah keyakinannya meski harus bolak-balik Jakarta–Surabaya.
“Teman lama saya banyak yang di ITS, selain itu lingkungannya sangat mendukung dan maju untuk program doktoral,” ujarnya.
Dalam program S3 tersebut, Wiwik mengangkat disertasi berjudul Pembuatan Frother Berbasis Minyak Sawit Mentah dan Karbon Aktif Bambu untuk Pemisahan Monasit dari Tailing Penambangan Timah. Riset ini berfokus pada teknik pemisahan logam tanah jarang di Indonesia yang lebih efisien dan ramah lingkungan.
Menjalani studi doktoral di usia yang tidak muda tentu bukan perkara mudah. Wiwik sempat mengalami kendala fisik hingga harus dirawat di rumah sakit menjelang sidang promosi doktor. Namun, semangatnya justru membuat kondisi tubuhnya semakin membaik.
“Mungkin karena saya menjalaninya dengan senang dan sepenuh hati juga,” katanya.
Dukungan keluarga, terutama anak-anak dan cucunya, menjadi penyemangat tambahan. Awalnya sempat khawatir, namun akhirnya keluarga besar mendukung penuh perjuangan Wiwik. Kampus tempatnya mengajar pun memberikan kelonggaran agar ia bisa fokus menyelesaikan studi.
Perjalanan panjang Wiwik membuahkan hasil setelah berhasil meraih gelar doktor hanya dalam waktu tiga tahun. Meski masa kerjanya tersisa 1,5 tahun sebelum pensiun di usia 65 tahun, ia berkomitmen untuk terus berkarya.
“Jika bisa, setelah pensiun pun saya tetap ingin memberikan manfaat,” tuturnya.
Wiwik berharap kisahnya dapat menjadi inspirasi, terutama bagi generasi muda, bahwa menuntut ilmu tak pernah mengenal batas. Baginya, proses panjang perjuangan lebih berharga daripada sekadar gelar.
Semangat Wiwik ini juga sejalan dengan Sustainable Development Goals (SDGs) poin ke-4 tentang pendidikan berkualitas, yang mendorong semua orang mendapatkan kesempatan belajar tanpa terkecuali.
Editor : Setiadi