Lingkaran.net - Kementerian Pendidikan Tinggi, Sains, dan Teknologi (Kemdiktisaintek) meluncurkan program Beasiswa Pra-Doktoral bagi Perguruan Tinggi 3T dan Daerah Afirmasi.
Dosen-dosen muda di wilayah Terdepan, Terluar, dan Tertinggal (3T) kini memiliki jalur yang lebih cepat dan terarah untuk meraih gelar doktor, khususnya di bidang Sains Dasar dan Keteknikan.
Program ini merupakan langkah untuk menjembatani jurang geografis dan akademik di Indonesia.
Direktur Sumber Daya Kemdiktisaintek, Prof. Sri Suning Kusumawardani mengatakan, program ini dirancang untuk mengatasi tantangan unik yang dihadapi dosen di daerah 3T. Jarak geografis seringkali menjadi penghalang utama bagi mereka untuk mengakses pendidikan S3 yang berkualitas.
"Jarak geografis tak seharusnya menjadi batas bagi siapapun untuk menuntut ilmu," ujar Prof. Sri Suning dinukil dari laman Kemendikbudristek, Selasa (21/10/2025).
"Kami ingin membuktikan bahwa dari sudut 3T, untuk Indonesia, kita bisa mencetak talenta-talenta unggul yang akan menjadi motor transformasi sosial-ekonomi di daerahnya," tambahnya.
Fokus beasiswa pada Sains Dasar dan Keteknikan menunjukkan arah strategis pemerintah. Bidang ini dianggap sebagai fondasi penting dalam membangun kemandirian dan daya saing bangsa.
Peningkatan pada kualifikasi dosen di bidang ini, diharapkan dapat menggenjot mutu pendidikan dan penelitian di perguruan tinggi daerah 3T. Arahnya, yakni menghasilkan inovasi yang relevan dengan kebutuhan lokal.
Program beasiswa Pra-Doktoral ini dirancang secara intensif selama satu semester (empat bulan), dengan skema pembelajaran dua bulan daring dan dua bulan luring (tatap muka).
Para dosen pun dapat mempersiapkan diri secara matang sebelum memasuki jenjang studi doktoral, tanpa harus meninggalkan tugas utama mereka dalam waktu yang terlalu lama.
Kepala Sub Direktorat Pengelolaan Dosen dan Tenaga Kependidikan, Pauzan, menjelaskan bahwa “Total pendaftar ada 94 orang, dan yang lolos sebanyak 40 peserta dari 13 provinsi. Persebarannya di tiga kampus besar: ITB 12 peserta, ITS 14 peserta, dan UGM 14 peserta,” jelasnya.
Selain memperluas kesempatan bagi dosen yang berasal dari PT3T dan daerah afirmasi, program ini juga menjadi bagian dari strategi jangka panjang Kemdiktisaintek dalam mewujudkan visi Indonesia Emas 2045.
Saat ini, proporsi dosen bergelar doktor di Indonesia baru mencapai 25,7 persen, dan lebih rendah lagi persentasenya di wilayah tertinggal. Padahal, dosen bergelar doktor memiliki peran sentral dalam menghasilkan riset yang inovatif, meningkatkan mutu pembelajaran, dan memperkuat daya saing pendidikan dan sumber daya bangsa di ranah global.
Melalui program ini, Kemdiktisaintek memastikan bahwa setiap dosen memiliki kesempatan yang sama untuk berkembang. Program ini menjadi jembatan bagi dosen-dosen muda dari wilayah 3T dan daerah afirmasi untuk melanjutkan studi doktoral, sekaligus mendorong perguruan tinggi menjadi pusat transformasi sosial-ekonomi di daerahnya.
Program ini telah menunjukkan hasil yang menjanjikan. Sebagai contoh, dari 94 pendaftar yang antusias, 40 dosen dari 20 perguruan tinggi di 13 provinsi berhasil lolos dan menjadi penerima beasiswa. Angka ini mencerminkan tingginya minat serta potensi dosen muda di daerah 3T untuk berkontribusi lebih besar pada dunia akademik.
Kemdiktisaintek berharap dapat menciptakan efek domino, dosen yang bergelar doktor akan meningkatkan akreditasi dan kualitas kampus di daerah 3T, sehingga kampus-kampus tersebut dapat menjadi pusat riset dan inovasi yang relevan.
Selain juga menjadi daya tarik bagi putra-putri daerah untuk tetap menuntut ilmu di tanah kelahirannya.
Program Beasiswa Pra-Doktoral Daerah 3T dan Daerah Afirmasi ini benar-benar menjadi jembatan emas untuk mewujudkan cita-cita pemerataan kualitas pendidikan tinggi di seluruh penjuru Indonesia.
Editor : Baehaqi