Lingkaran.net - Beroperasinya Bandara Dhoho Kediri dinilai menjadi peluang besar untuk mengangkat pariwisata dan investasi di wilayah selatan Jawa Timur.
Menanggapi hal tersebut, Wakil Ketua Komisi D DPRD Jatim, Khusnul Arif, menegaskan bahwa kehadiran bandara baru ini harus dimanfaatkan secara kolektif oleh 13 kabupaten/kota di kawasan selatan–barat Jatim, bukan hanya Kediri atau Trenggalek saja.
Politisi Partai NasDem ini menilai Pemprov Jatim perlu mengambil peran strategis dengan mempertemukan seluruh kepala daerah terkait agar tidak berjalan sendiri-sendiri.
“Jangan parsial. Jangan hanya Kediri–Trenggalek. Harapannya semua 13 kabupaten/kota duduk bersama dan difasilitasi Pemprov. Kita harus mampu menciptakan peluang investor dan menarik penikmat wisata,” tegasnya usai menghadiri rapat Paripurna DPRD Jatim, Sabtu (15/11/2025).
Menurutnya, masing-masing daerah memiliki potensi budaya, kesenian, dan ikon lokal yang bisa dikemas menjadi perencanaan pariwisata regional yang matang.
Festival Tahunan hingga Event Bulanan: Saatnya Dikemas Serius
Khusnul mendorong daerah-daerah tersebut untuk menyiapkan kalender event yang kuat, baik berupa festival tahunan maupun kegiatan insidentil di bulan-bulan tertentu.
“Apa yang pernah dilakukan Kabupaten/Kota dalam menarik wisatawan harus dimatangkan. Ketika sarana seperti Bandara Dhoho sudah ada, 13 daerah ini harus bisa mengambil peluang wisatawan dan pelaku industri,” ujarnya.
Ia mencontohkan Festival Tari 1.000 Barong Kediri, pertunjukan budaya spektakuler yang pernah digelar saat Hari Jadi Kediri.
“Dulu Kediri punya Tari 1.000 Barong. Tapi keberlanjutannya belum ada. Ini seharusnya jadi festival budaya yang konsisten tiap tahun,” tambahnya.
Potensi Kediri: Dari 1.000 Barong hingga Situs Pamoksan Joyoboyo
Selain festival seni, Khusnul juga menyoroti potensi spiritual dan sejarah di Kediri, salah satunya Pamoksan Sri Aji Joyoboyo di Desa Menang, Kecamatan Pagu. Situs ini dipercaya sebagai lokasi moksa Prabu Sri Aji Joyoboyo dan menjadi magnet bagi peziarah.
“Pamoksan itu kalau dijadikan kampung tradisional—menampilkan kerajinan, budaya lokal, dan pusat edukasi—akan sangat menarik bagi wisatawan. Museum di kawasan itu juga sudah beroperasi, sehingga konsep wisata terintegrasi sangat mungkin dikembangkan,” jelasnya.
Bandara Dhoho Jadi Gerbang Emas Wisata Selatan Jatim
Dengan beroperasinya Bandara Dhoho, Khusnul menekankan pentingnya strategi bersama agar arus wisatawan yang datang tidak hanya berhenti di Kediri, tetapi menyebar ke daerah lain seperti Blitar, Tulungagung, Pacitan, Nganjuk, Trenggalek, dan sekitarnya.
“Pemprov harus mengoptimalkan kehadiran Bandara Dhoho. Ini bukan hanya soal transportasi, tapi gerbang ekonomi dan budaya bagi 13 kabupaten/kota,” tegasnya.
Ia berharap Pemprov Jatim segera memfasilitasi pertemuan besar para kepala daerah untuk menyusun kalender event, paket wisata regional, dan strategi investasi terpadu demi menjadikan kawasan selatan-barat Jatim sebagai destinasi unggulan baru.
Editor : Setiadi