SURABAYA ,-Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) bertekad untuk menciptakan perubahan yang berkelanjutan di bidang maritim melalui peluncuran program SustainaBlue oleh Departemen Biologi ITS, Senin (10/6). Program yang bertujuan untuk membangun dan mengelola pusat keberlanjutan biru di Asia Tenggara ini berkolaborasi dengan berbagai pihak dan pemangku kepentingan lainnya.
SustainaBlue ini diusung oleh empat universitas yang ada di Indonesia dan Malaysia, yakni ITS, Universitas Indonesia (UI), University Malaysia Terengganu (UMT), dan Universitas Sains Malaysia (USM). Program tersebut telah memperoleh pendanaan dari Erasmus Plus, program pendanaan dari Uni Eropa dalam kegiatan pendidikan.
Aunurohim SSi DEA, Project Manager SustainaBlue mengungkapkan, selain keempat universitas tersebut terdapat pula partner lain yang turut tergabung dalam menyukseskan program yang sangat bagus ini, di antaranya datang dari negara Yunani dan Siprus. Selain itu, dalam pengoperasian pusat ekonomi biru, Departemen Biologi ITS juga akan berkolaborasi dengan industri maritim, pemerintah daerah, dan pemangku kepentingan lainnya.
Fokus utama SustainaBlue terdapat pada pengembangan keberlanjutan biru dan ekonomi biru di Asia Tenggara melalui keempat universitas di Indonesia dan Malaysia tersebut. Sedangkan universitas Uni Eropa akan menjadi _support partner_. Dukungan yang diberikan mencakup berbagai hal, seperti tema dan aspek lain terkait lingkungan maritim berkelanjutan yang telah mereka implementasikan dengan sukses di Eropa.
_Sustainable Blue_ atau dalam program ini dinamakan SustainaBlue merupakan konteks yang sedang marak diperbincangkan terkait bagaimana pemanfaatan sumber daya laut, baik dari sisi hayati maupun non-hayati, untuk kemaslahatan masyarakat luas. Kegiatan tersebut dilakukan tanpa harus merusak dan menurunkan kualitas ekosistem laut.
Dalam melancarkan tujuan _sustainable blue_ hingga _blue economy_, menurut Aunurohim, terdapat lima kebijakan yang akan diterapkan dalam program SustainaBlue ini. Antara lain adalah mengelola dan mengkoordinasi sumber daya maritim, pembentukan dan pengoperasian pusat ekonomi biru, hingga pengembangan dan pengoperasian _blue and green acceleration platform_. “Akan ada banyak sekali aspek yang bisa didalami untuk menjalankan konsep ini,” jelas dosen Departemen Biologi ITS ini.
Program ambisius tersebut dibiayai oleh Erasmus Plus hingga mencapai nominal EUR 797.838. Dana ini nantinya dibagi lagi untuk keempat universitas, dan untuk ITS mendapatkan gelontoran dana sebesar EUR 92.150. Nantinya ITS akan menggunakan dana tersebut untuk memajukan keberlanjutan maritim selama 36 bulan ke depan. Program keberlanjutan ini dimulai sejak tanggal 1 Desember 2023 hingga 30 November 2026 mendatang. Program ini nantinya akan berdampak dalam memberikan manfaat besar bagi masyarakat maupun ekosistem laut.
Dengan diterapkannya langkah keberlanjutan ini, kesejahteraan maritim di Asia Tenggara dapat tercapai melalui partisipasi keempat universitas tersebut dalam program SustainaBlue dengan baik. Generasi mendatang akan dapat menggunakan sumber daya alam yang saat ini bisa kita nikmati. Sehingga sumber daya tersebut akan dapat dinikmati seterusnya.
Tujuan mulia tersebut akan tercapai melalui program SustainaBlue dengan bantuan berbagai sumber daya manusia yang ada serta ekosistem. “SustainaBlue nantinya akan menyiapkan suatu ekosistem hingga sumber daya yang akhirnya akan terwujud sebuah sustainable blue_dengan baik,” tutur Aunurohim optimistis.