x lingkaran.net skyscraper
x lingkaran.net skyscraper

Surabaya 732 Tahun: Dari Kota Pahlawan Menuju Kota Peradaban

Avatar Redaksi

Opini

Penulis Opini : Gegeh B Setiadi

Setiap tanggal 31 Mei, kita memperingati hari yang tak hanya penting bagi warga Jawa Timur, tetapi juga seluruh rakyat Indonesia yakni Hari Jadi Kota Surabaya.

Di tahun 2025 ini, Surabaya genap berusia 732 tahun. Sebuah usia yang mengandung banyak makna. Bukan hanya soal waktu, tetapi juga perihal identitas, perjalanan, dan tantangan ke depan.

Surabaya bukan kota biasa. Ia adalah simbol perlawanan, semangat kemerdekaan, dan kekuatan rakyat. Kota ini telah mengukir sejarah dengan tinta perjuangan yang tak lekang oleh zaman.

Tetapi di usia yang nyaris delapan abad ini, pertanyaan penting perlu kita ajukan, ke mana Surabaya akan melangkah? Apakah ia akan tetap menjadi kota yang membanggakan, atau justru terjebak dalam romantisme masa lalu?

Dari Perlawanan ke Pembangunan

Surabaya dikenal sebagai "Kota Pahlawan", bukan tanpa alasan. Pertempuran heroik pada 10 November 1945 menjadi tonggak perjuangan bangsa Indonesia.

Tapi kini, narasi Surabaya harus lebih dari sekadar pengingat sejarah. Ia harus menjadi pusat inovasi, keberadaban, dan pembangunan inklusif.

Dalam dua dekade terakhir, Surabaya telah banyak berbenah. Di bawah kepemimpinan yang progresif, kota ini berhasil mengubah wajahnya. Kawasan kumuh disulap menjadi taman, sungai dibersihkan, layanan publik didigitalisasi, dan partisipasi warga dalam pembangunan ditingkatkan.

Kota ini telah menjadi rujukan nasional dalam banyak aspek tata kelola. Namun, keberhasilan ini bukan akhir. Justru menjadi awal dari tantangan yang lebih kompleks. Sebab pertumbuhan fisik kota tak akan bermakna jika tak dibarengi dengan pertumbuhan kualitas hidup warganya.

Tantangan Kota Menuju Abad ke-8

Usia 732 tahun menempatkan Surabaya sebagai salah satu kota tertua di Indonesia. Tapi tua bukan jaminan matang. Kota ini masih menghadapi banyak tantangan.

Mulai kesenjangan sosial, kemacetan, tekanan urbanisasi, ketimpangan pelayanan publik, hingga krisis lingkungan.

Data menunjukkan bahwa meski angka kemiskinan di Surabaya menurun, namun ketimpangan antar wilayah dan akses layanan dasar masih menjadi masalah.

Kawasan Surabaya Barat dan Pusat berkembang pesat, sementara wilayah pinggiran seperti Surabaya Timur dan Utara masih tertinggal dalam akses ruang publik, pendidikan berkualitas, dan kesehatan.

Isu lingkungan juga menjadi alarm serius. Polusi udara meningkat seiring pertumbuhan kendaraan bermotor, permukaan air tanah menurun karena pembangunan gedung tanpa kontrol, dan ancaman banjir di musim penghujan masih membayangi.

Sementara itu, bonus demografi menghadirkan peluang sekaligus tantangan. Generasi muda Surabaya yang kreatif dan tech-savvy membutuhkan ruang untuk berekspresi dan berinovasi. Tapi, apakah kota ini sudah cukup menyediakan ekosistem untuk mendukung mereka?

Membangun Kota yang Beradab

Kota besar belum tentu kota beradab. Beradab bukan soal tinggi gedung, luas jalan, atau besarnya mal, melainkan soal manusia dan nilai-nilai yang dijunjung. Surabaya di abad ke-8 ini harus menjadi kota yang menjadikan manusia sebagai pusat pembangunan.

Ini artinya, kebijakan pro-lansia, anak, dan penyandang disabilitas harus benar-benar menjadi arus utama.

Perencanaan tata kota tak boleh elitis, tapi partisipatif dan berbasis kebutuhan warga. Disamping itu, transportasi publik yang terjangkau dan ramah lingkungan harus jadi prioritas bukan sekadar proyek, tapi bagian dari filosofi mobilitas yang manusiawi.

Pemanfaatan teknologi harus diimbangi dengan literasi digital dan perlindungan data pribadi warga. Dan yang terpenting, pembangunan spiritualitas kota tak boleh diabaikan. Surabaya harus menjadi kota yang menghormati perbedaan, menjunjung etika publik, dan menumbuhkan solidaritas sosial.

Jangan Hanya Merayakan, Tapi Merefleksikan

Hari Jadi Kota Surabaya bukan sekadar perayaan seremonial dengan pesta rakyat, konser musik, atau karnaval budaya. Ia adalah momen refleksi kolektif bagi warga, pemerintah, pelaku usaha, dan generasi muda tentang apa yang telah dicapai dan apa yang perlu diperbaiki.

Apakah kita ingin Surabaya hanya menjadi kota yang sibuk dan sesak, atau kota yang nyaman dan membahagiakan?

Apakah kita hanya ingin jadi kota bisnis, atau juga kota yang memperjuangkan keadilan sosial?

Apakah kita hanya ingin dikenang karena masa lalu heroik, atau juga karena masa depan yang inspiratif?

Surabaya yang Kita Cita-citakan

Surabaya telah menempuh perjalanan panjang. Tapi jalan ke depan masih terbentang luas. Di usia 732 tahun ini, Surabaya membutuhkan visi baru bukan hanya jadi kota pahlawan dalam sejarah, tapi kota peradaban dalam masa depan.

Kita butuh pemimpin yang visioner dan merakyat. Kita butuh warga yang kritis tapi juga partisipatif. Kita butuh semangat gotong-royong yang membumi. Karena kota yang hebat tak dibangun oleh pemerintah saja, melainkan oleh semua orang yang mencintainya.

Selamat ulang tahun, Surabaya. Semoga engkau tetap tangguh, bijak, dan bersinar. Bukan hanya untuk hari ini, tapi juga untuk generasi yang akan datang. (*)

Artikel Terbaru
Senin, 30 Jun 2025 20:51 WIB | Olahraga

Penjualan Tiket Piala Presiden 2025 Dibuka, Simak Cara Belinya

Penjualan tiket pertandingan pembuka Piala Presiden 2025 resmi dibuka untuk publik ...
Senin, 30 Jun 2025 19:53 WIB | Surabaya Raya

Tertibkan Parkir di Kawasan RS Adi Husada, Dishub Surabaya Pasang Rambu Larangan Parkir

Dishub Surabaya menggelar sosialisasi dan pemasangan rambu larangan parkir di area sekitar Rumah Sakit Adi Husada Kapasari ...
Senin, 30 Jun 2025 12:33 WIB | Jawa Timur

Jemaah Haji Lumajang Melahirkan di Tanah Suci, Bayi Prematur Diberi Nama Nu'aim

Surabaya, Lingkaran.net Kabar bahagia datang dari Tanah Suci. Seorang jemaah haji asal Lumajang, Jawa Timur, yang tergabung dalam kloter 83 Embarkasi Surabaya, ...