Tren Kasus Influenza A di Asia Tenggara Naik, Epidemiolog UNAIR: Jangan Sepelekan Gejala Flu

Reporter : Redaksi
Ilustrasi virus influenza. (Foto: ChatGPT)

Lingkaran.net - Indonesia tengah menghadapi peningkatan kasus penyakit Influenza dalam beberapa minggu terakhir. Kementerian Kesehatan (Kemenkes) mengonfirmasi adanya tren kenaikan ini, yang juga terjadi di negara-negara tetangga di kawasan Asia Tenggara. 

Kewaspadaan ditingkatkan, terutama terhadap Influenza A subtipe H3N2 yang kini dilaporkan mulai mendominasi.

Baca juga: Perumda Surya Sembada Didatangi Kampus dari Singapura, Ada Apa?

Kemenkes mengingatkan potensi lonjakan kasus Influenza A, khususnya subtipe H3N2, yang karakter virusnya dikenal cepat bermutasi dan berpotensi menyebabkan penyakit berat, rawat inap, hingga kematian. 

Contoh lonjakan signifikan terjadi di Thailand, yang mencatat ratusan ribu kasus dengan puluhan kematian dalam periode tertentu. 

Kasus ini mengingatkan masyarakat terhadap COVID-19 yang telah menjadi pandemi beberapa waktu lalu. Masyarakat diingatkan tidak lengah dan selalu menjaga imunitas dan kebersihan diri. 

Dosen Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat (FKM) Universitas Airlangga (UNAIR), Laura Navika Yamani saran untuk menjaga tubuh agar tidak terserang virus influenza.

Dia menilai, lonjakan ini perlu dianalisis secara komprehensif untuk memahami pola penularan dan faktor risikonya. 

“Langkah pertama adalah memastikan bahwa kenaikan ini memang mencerminkan peningkatan kasus nyata di masyarakat, bukan sekadar akibat peningkatan pelaporan atau tes laboratorium. Berdasarkan laporan Kementerian Kesehatan Malaysia, lonjakan tersebut terlihat pada peningkatan jumlah klaster influenza di sekolah dan institusi pendidikan, serta peningkatan kasus influenza-like illness (ILI) di fasilitas kesehatan,” ujarnya dikutip dari laman UNAIR, Senin (20/10/2025).

Laura menegaskan, ada beberapa faktor utama lonjakan kasus di Asia Tenggara, yaitu perubahan musim dan cuaca lembap, yang mempercepat penularan virus influenza.

Baca juga: BPHN Gandeng Unair dan LBH Legundi, Cetak Paralegal Bersertifikat untuk Perkuat Akses Keadilan

Selain itu, penurunan kekebalan pasca pandemi COVID-19 diduga turut jadi pemicu penting. 

“Selama pandemi, interaksi sosial berkurang drastis dan sirkulasi virus flu menurun, sehingga banyak individu terutama anak-anak belum memiliki kekebalan alami terhadap virus influenza yang beredar saat ini. Ketiga, terdapat indikasi adanya variasi strain influenza A (seperti H3N2 atau H1N1) yang mungkin telah mengalami pergeseran antigenik (antigenic drift). Hal itu membuat vaksin flu musiman menjadi kurang efektif,” sebutnya. 

Indonesia, yang memiliki mobilitas penduduk tinggi dan kedekatan geografisnya dengan Malaysia, menghadapi risiko yang cukup besar untuk mengalami lonjakan kasus serupa. 

Namun, risiko ini bisa ditekan. Syaratnya, sistem pengawasan penyakit mirip flu (ILI/SARI) di puskesmas dan rumah sakit harus diperkuat. Kemudian mendorong masyarakat untuk menerapkan perilaku hidup bersih dan segera mencari pertolongan medis jika gejala flu yang dirasakan memberatkan.

Baca juga: Unair Kukuhkan 9.347 Mahasiswa Baru, Ini Pesan Penting dari Rektor

Menghadapi ancaman ini, UNAIR mengambil peran strategis melalui Lembaga Penyakit Tropis (LPT) yang memiliki laboratorium BSL-2 dan BSL-3. 

Fasilitas ini memungkinkan UNAIR untuk mengidentifikasi serta melakukan sekuensing genomik virus influenza. Kolaborasi erat antara LPT, rumah sakit, dan fakultas-fakultas kesehatan di kampus ini menunjukkan sinergi tridharma perguruan tinggi dalam mengatasi tantangan kesehatan publik.

Lebih lanjut Laura mengimbau masyarakat untuk menjaga ketenangan tetapi tetap waspada dan tidak mengabaikan gejala flu. 

Ia menyimpulkan bahwa kedisiplinan masyarakat dalam pencegahan yang ditopang oleh kewaspadaan bersama merupakan kunci utama untuk mencegah lonjakan kasus flu yang lebih luas di Indonesia dan menjamin perlindungan kesehatan publik yang berkelanjutan.

Editor : Baehaqi

Politik & Pemerintahan
Berita Populer
Berita Terbaru