Surabaya, Lingkaran.net Harapan baru seharusnya datang bersama wajah-wajah baru. Namun, harapan itu agaknya masih tertahan di balik kabut pertanyaan publik.
Itulah gambaran kondisi terkini Bank Jatim pasca Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Mei 2025 lalu yang menetapkan susunan baru Direksi dan Komisaris.
Baca juga: Impor Sapi Dibuka, DPRD Jatim: Jangan Sampai Harga Sapi Lokal Anjlok!
Alih-alih disambut optimisme, langkah awal kepemimpinan baru Bank Jatim justru dibayangi isu sensitif: kredit fiktif, dugaan nepotisme, hingga ketertutupan informasi strategis.
Tak tinggal diam, Ketua Fraksi PDI Perjuangan DPRD Jawa Timur, Wara Sundari Renny Pramana, angkat bicara lantang. Menurutnya, tugas utama para pengurus baru bukan cuma menghasilkan laba, tapi mengembalikan kepercayaan publik yang sudah lama terkikis.
Bank Jatim bukan sekadar mesin bisnis. Ia adalah wajah dari tata kelola keuangan daerah. Dan wajah itu kini butuh perawatan serius, tegas Wara Sundari, Rabu (11/6/2025).
Politisi yang akrab disapa Bunda Renny ini menyoroti tiga dosa besar yang mengintai langkah Bank Jatim jika tidak segera dibenahi.
Pertama, aroma Politisasi Jabatan hingga keputusan tanpa transparansi. Penunjukan jajaran komisaris dan direksi Bank Jatim dinilai sarat kepentingan politik.
Hal ini, menurut Bunda Renny, bisa menjadi bom waktu jika tidak dijawab dengan transparansi dan akuntabilitas.
Masyarakat sudah cerdas. Kalau terlihat seperti titipan politik, kepercayaan akan luntur, ujarnya tajam.
Baca juga: Pansus DPRD Jatim Soroti Orkestrasi Lintas OPD di Program Nawa Bhakti Satya
Kedua, lanjut dia, strategi bisnis masih kabur dan publik butuh kepastian. Hingga kini, belum ada penjelasan resmi terkait arah baru Bank Jatim di bawah kepemimpinan anyar. Padahal, sebagai Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), Bank Jatim bukanlah milik segelintir elite, melainkan milik seluruh warga Jawa Timur.
Ketiga, kata Bunda Renny yakni tertinggal di era digital, saatnya gaspol. Di tengah gempuran bank digital dan layanan keuangan berbasis AI, Bank Jatim dinilai belum beranjak dari zona nyaman. Transformasi digital belum terasa maksimal, bahkan nyaris tertinggal.
Bank Jatim harus bangun dari tidur panjangnya. Inklusi keuangan ke pelosok desa, digitalisasi layanan, hingga pemberdayaan UMKM adalah kunci masa depan, tegasnya.
Fraksi PDI Perjuangan mendesak Direksi dan Komisaris baru untuk segera melakukan audit internal menyeluruh atas kinerja masa lalu. Menyusun roadmap pemulihan kredibilitas secara terbuka.
Selanjutnya, mendorong komunikasi aktif dengan DPRD, Pemprov, dan masyarakat. Menerapkan Good Corporate Governance dalam rekrutmen jabatan dan pemberian kredit.
Baca juga: KPK Kaget Saat Mathur Husyairi Ungkap Korupsi Dana Hibah, Apa Itu
Berikut susunan Direksi dan Komisaris Bank Jatim hasil RUPS 2025:
Komisaris Utama Independen: Adi Sulistyowati Komisaris: Adhy Karyono (Pj Gubernur Jatim) Komisaris Independen: Muhammad Masud, Dadang Setiabudi, Asri Agung Putra, Nurul Ghufron (eks Komisioner KPK) Direktur Utama: Winardi Legowo Direksi lainnya: R. Arief Wicaksono, Tonny Prasetyo, Umi Rodiyah, RM Wahyukusumo Wisnubroto, Arif Suhirman, Wiweko Probojakti, Wioga Adhiarma Aji Dewan Pengawas Syariah: KH Afifuddin Muhajir, Prof. Muhammad Nasih, dan Ir. Tamhid Mashudi
Dengan jajaran yang baru, Bank Jatim kini berada di persimpangan. Jalan menuju pemulihan nama baik terbuka lebar, tapi akan sia-sia jika hanya dihiasi pencitraan dan retorika.
Profit boleh jadi target, tapi yang paling penting adalah pulihnya kredibilitas. Masyarakat Jawa Timur sedang menanti bukti nyata. Jangan sia-siakan momentum ini, tutup Bunda Renny. Alkalifi Abiyu
Editor : Redaksi