MOJOKERTO, Lingkaran.net – Mimpi Khilmi Sabihisma untuk memiliki bumi perkemahan (bumper) dan warung kopi di Lembah Baung Pacet akhirnya terwujud. Lahan tegalan yang jauh dari aliran listrik PLN itu sukses menyala terang berkat panel surya mini kreasinya.
Warung kopi Lembah Baung menyala terang di lereng perbukitan Desa Sajen, Kecamatan Pacet, Kabupaten Mojokerto, Sabtu(22/6/2024) malam. Cahaya kuning dari 15 buah lampu LED 5 watt mencipta purnama di tengah gelap hutan pinus di pinggiran desa. Lampu-lampu itu tersambung dengan panel surya yang terpasang rapi di belakang bagunan warung kopi.
Di tempat inilah Khilmi Sabihisma (25) mulai merintis usahanya. Lahan 750 meter persegi yang sebelumnya berupa tegalan, sukses disulap menjadi bumi perkemahan (bumper) sekaligus warung kopi dengan nama Lembah Baung.
Tidak terlalu luas, tapi bentuknya yang terasiring menjadikan Lembah Baung nyaman untuk disinggahi. Hampir tiap malam deretan kursi kayu di warung kopi Lembah Baung itu ramai pengunjung.
Saat akhir pekan, Lembah Baung bahkan serasa perkampungan mini. Sebab, ada banyak pengunjung yang datang untuk bermalam mendirikan tenda. Memasak, bermain gitar lalu menikmati hawa sejuk pegunungan sambil menghangatkan tubuh di depan perapian.
“Saya dulu hampir gagal bikin warung dan bumper ini. Sebab enggak ada sambungan listrik,” kata Khilmi bercerita awal mendirikan usaha.
Maklum, lokasi Lembah Baung jauh dari jalan desa yang teraliri listrik. Cara paling memungkinkan yakni menyambung kabel dari bumper di bawahnya. Itu pun jaraknya masih 500 meter.

Khilmi pernah menghitung biaya memasang listrik seperti bumper di bawahnya yang lebih dulu berdiri. Namun, tabungannya tidak cukup.
Sebab, tarif minimal untuk membuat sambungan listrik baru sebesar Rp6 juta. Biaya itu belum termasuk sambungan kabel sepanjang lebih dari 500 meter yang dibutuhkan untuk sampai ke Lembah Baung.
“Saya hitung-hitung, untuk jangka panjang ternyata lebih hemat pakai panel surya. Akhirnya dengan budget Rp5 juta tak aplikasikan bikin panel surya,” ujarnya.
Kebutuhan Rp5 juta itu kata Khilmi sudah bisa untuk membeli dua lembar panel surya, masing-masing berukuran 100 WP (watt peak). Kemudian inverter untuk mengubah arus (DC-AC), baterai (aki basah) serta solar charge controller (SSC) untuk mengatur arus listrik masuk ke baterai.
“Alhamdulillah kapasitas bisa 450 KVA,” katanya.
Kapasitas listrik sebesar itu kata Khilmi sudah bisa untuk memenuhi kebutuhan penerangan saat malam hari, mengisi daya laptop, 10 unit handphone bahkan untuk kebutuhan solder. Sebab, satu lembar panel surya ukuran 100 WP mampu menghasilkan daya hingga 1.000 watt.
“Jadi sudah kayak listrik PLN. Kebutuhan listrik selama 24 jam bisa dicukupi dengan dua lembar panel surya,” kata ayah satu anak ini.
Untuk kebutuhan listrik siang hari, Khilmi memanfaatkan langsung energi listrik dari penel surya yang sudah terhubung ke inverter. Sementara untuk kebutuhan malam hari, memanfaatkan energi listrik yang sudah tersimpan dalam baterai ukuran 120 ampere.
Karena itu, sejak panel surya terpasang, Khilmi tak lagi bimbang. Dia bisa menyalakan listrik kapan saja di Lembah Baung.