Surabaya, Lingkaran.net.---Tidak sulit untuk menemukan Kampung Wisata Ketandan. Akses masuk utamanya berada di Jalan Tunjungan Nomor 28, Surabaya.
Baca juga: DPRD Jatim Minta Masyarakat Surabaya Waspada Saat 27 Orang Terkonfirmasi COVID-19
Lokasi salah satu kampung lawas di Kota Pahlawan tersebut berada di segi empat emas. Sebab, wilayahnya diapit oleh empat jalan protokol di jantung kota.
Di sisi timur, Kampung Wisata Ketandan berbatasan dengan Jalan Tunjungan, di sisi selatan berbatasan dengan Jalan Embong Malang.
Sedangkan di sisi barat berbatasan dengan Jalan Blauran, serta di sisi utara berbatasan dengan Jalan Praban. Sehingga, perkampungan di tengah kota itu menjadi hidden gen dengan daya tarik wisata.
Akses utama menuju Kampung Wisata Ketandan berada di Jalan Tunjungan. Ada plat besar yang menunjukkan keberadaan kampung yang masuk wilayah Kelurahan Genteng tersebut.
Jalan utamanya tidak terlalu luas. Gang selebar dua meter itu ramai dilalui warga dan para wisatawan.
Namun, ada hal unik yang sudah lama menjadi kebiasaan di Ketandan. Yaitu, pengendara sepeda motor harus turun dari kendaraannya bila melintas di wilayah perkampungan.
Sehingga, para wisatawan dapat menitipkan kendaraannya di lahan parkir yang sudah disediakan oleh warga kampung yang mengelola wisata. Setelah itu, mereka bisa menuju lokasi wisata dengan berjalan kaki.
Setidaknya, ada tiga lokasi cagar budaya yang dapat disambangi oleh para wisatawan. Yakni Masjid An Nur, Makam Mbah Butut Tondo, dan Pendopo Balai Budaya Cak Markeso. Ketiganya memiliki nilai sejarah ratusan tahun.
Baca juga: Surabaya 732 Tahun: Dari Kota Pahlawan Menuju Kota Peradaban
Kampung Wisata Ketandan memiliki ciri khas yang menunjukkan kalau kampung tersebut memang berusia lama. Sejumlah bangunan tampak bernuansa kolonial dipadu dengan arsitektur lokal.
Sehingga, tidak heran bila banyak wisatawan yang datang ke sana untuk berwisata sejarah sekaligus melakukan sesi foto berlatar bangunan cagar budaya.
Namun ternyata, wisata sejarah yang ditawarkan di Ketandan juga diminati oleh wisatawan dari luar negeri. Seperti yang disampaikan oleh Ketua Padat Karya Batik Shibori Cak Markeso Ketandan Nur Hidayati.
Nur mengatakan pihaknya menawarkan paket wisata di ketiga lokasi cagar budaya tersebut. Tak hanya itu, paket wisata itu juga dipadukan dengan kegiatan membatik shibori.
Para turis mancanegara dipandu untuk praktik membatik. Jenis batik yang disediakan juga tidak rumit. Sehingga tidak butuh waktu lama untuk mengerjakannya.
Baca juga: SPBU Pertamina di Surabaya Terancam Dicabut Izin karena Nunggak Pajak dan Retribusi
Karena butuh waktu sebentar dan bisa menjadi oleh-oleh untuk dibawa pulang ke negara mereka, ujarnya, Minggu (16/2/2025).
Menurutnya, wisatawan dapat memilih media yang digunakan untuk membatik. Bisa totebag, kain, atau kaus. Namun membatik di kain paling diminati.
Dengan paket wisata tersebut, pihaknya menawarkan pengalaman yang berbeda. Alias wisatawan bisa belajar sejarah sambil melakukan kegiatan membatik.
Tarif kelas membatik tersebut dipatok berkisar antara Rp25 ribu sampai Rp150 ribu per orang. Harga tersebut bergantung paket membatik yang dipilih. (Rifqi Mubarok)
Editor : Redaksi